di langit kota, menjelang malam
aku duduk di tepi jalanan,
di bawah siraman cahaya
dari pendaran udara dalam tabung kaca
di ujung lengkung tiang-tiang baja,
menunggu jemputan pulang.
Berlarian di seberang sana
anak-anak jadah peradaban.
Bagi bocah-bocah itu,
jalanan adalah kehidupan,
dan mereka bernyanyi dan menari-nari
menyaksikan kelebat hari demi hari
berlalu tanpa pernah peduli,
melaju di atas putaran roda-roda
waktu yang tak pernah berhenti
mengejar-ngejar dirinya sendiri
mencari sisa jejak mimpi-mimpi
yang hilang ditelan malam-malam sepi.
Bagi bocah-bocah itu,
kehidupan adalah jalanan,
dan di tepi mereka menanti
di bawah naungan langit
yang tak pernah ingkar janji,
di atas pangkuan bumi
yang tak pernah pilih kasih,
hingga tiba saatnya mereka kembali
pulang ke rumah yang sejati.
Bunyi angin mendesis
menghentikan laju bus kota
yang kunanti sejak tadi.
Malam itu aku pulang lagi
kembali ke dalam ruang sepi
ke rumah hampa tanpa mimpi.
Mimpi-mimpi yang menghilang
sejak aku berlari mengejarnya.
Yogyakarta, 27 Juli 2020