Sidang Hati Nurani

by @lensinkmitchel from unsplash.com

<×>
kemenangan yang sejati
adalah terhadap diri sendiri

dari mana kita pergi
ke sana pula kita kembali

setelah lama bertapa dalam diri
semoga kita mulai memahami

<×××>

Puasa adalah sebuah metode dialektis yang menghadapkan kita pada hakikat eksistensi manusia dalam kehidupan di dunia ini; yaitu pertarungan abadi antara keinginan yang senantiasa menggelembung menjadi keserakahan (yang selalu mencari jalannya di bawah bayang-bayang idealisasi hak dan kebebasan atas berbagai hal), dan moralitas hakiki dalam nurani kemanusiaan kita yang selalu berusaha memperingatkan untuk meredam penggelembungan itu (dengan menagih kewajiban dan pertanggungjawaban atas berbagai hal tersebut), agar pada akhirnya kita dapat menemukan batas-batas kewajaran (dan keseimbangan) eksistensi kita dalam kehidupan, dan menandainya sebagai 'cukup.'

Maka kemenangan, sesungguhnya, adalah keberhasilan kita menyadari batas-batas keseimbangan tersebut, yang tentu dengan sendirinya akan membuat kita menyadari betapa banyak manusia-manusia lain (bahkan juga makhluk-lainnya) yang telah menjadi korban (tersinggung, terselimpung, tergerus, tersingkirkan, dan hancur oleh) gelembung ego kita itu, sehingga secara moral kita pun berkewajiban untuk mempertanggungjawabkannya di hadapan sidang hati nurani kita sendiri.

Demikianlah, dan dengan menyadari hal itu, saya harus meminta maaf kepada siapa (dan apa) saja yang pernah menjadi korban gelembung egoisme saya. Sebab tanpa maaf itu, niscaya saya akan tetap berada dalam kekalahan selamanya.

Bila di hadapan hati nurani sendiri saya gagal mempertanggungjawabkan perilaku saya, bagaimana mungkin saya akan mempertanggungjawabkan hidup saya di hadapan Tuhan. Bagaimana mungkin saya sanggup pulang membawa kekalahan.

~

Yogyakarta, 23 Mei 2020 (1 Syawal 1441 H)