Anjing: Maaf

surat terbuka
kepada anjing-anjing sedunia

<>

Hei, aku mau minta maaf. Tapi sebelum itu, sebenarnya aku bingung, kalau minta maaf, minta maafnya atas apa?

Bukan karena aku merasa gak pernah ada salah apa-apa padamu, tapi justru malah saking aku merasa banyak-- terlalu banyak-- salah padamu, aku jadi bingung harus minta maaf atas kesalahan yang mana dulu. Atau, cukupkah kalau aku meminta maaf satu kali saja untuk beribu-ribu salahku padamu?

Karena sebenarnya aku juga khawatir, jangan-jangan kesalahan-kesalahanku yang kumintakan maaf darimu itu ternyata lain dari kesalahan-kesalahanku yang kau maafkan. Karena, tentu banyak juga kesalahan yang kulakukan padamu tanpa kusadari sebagai kesalahan. Dan kesalahan-kesalahan macam itu akan sangat mudah terulang kembali di kemudian hari.

Kalau memang meminta maaf adalah suatu ekspresi dari intensi seseorang untuk berintrospeksi diri, menyadari kesalahannya, dan beritikad untuk tidak mengulanginya kembali (semacam taubat sosial/horisontal sebelum beranjak transendental/vertikal), maka bukankah menyadari kesalahan yang dimintakan maaf itu menjadi perlu sebagai bahan untuk membuat rambu-rambu dalam hubungan antara yang memaafkan dan yang dimaafkan di hari-hari selanjutnya?

Kecuali bila kita memang sudah siap untuk bergelut dengan dialektika salah-maaf sepanjang hayat.

~

Atas dasar kebingungan itulah, maka aku memutuskan untuk tidak jadi meminta maaf.

Kuharap ini bukan sebuah kesalahan baru yang kulakukan terhadapmu. Kalau iya, aku minta maaf.

Dan apabila dengan sekali permintaan maaf yang satu ini kau ternyata sudi memberi maaf yang seluas-luasnya-- melebihi luas semesta kesalahanku padamu, maka aku tak tahu lagi bagaimana cara berterima kasih atas anugerah itu, selain dengan memamerkan sebuah kesombongan luar biasa yang sangat tak beradab dan begitu mengumbar ketidak-tahu-dirianku sendiri (dengan seolah-olah memberikan padamu sesuatu yang takkan pernah sanggup kumiliki): aku telah memaafkanmu atas segala kesalahanmu padaku, dan kalau nanti kamu berbuat kesalahan lagi kepadaku, tenang saja, aku sudah (berencana) memaafkan itu juga.

~

Lantas, buat apakah segala retorika maaf-memaafkan ini? Tanya seekor anjing yang suka menggonggong melihat kafilah berlalu...


<×××>
Yogyakarta, 26 Mei 2020