Terdampar dalam kesendiriannya.
Orang-orang malang.
Terasing di dunia
dalam diri masing-masing.
Dunia sepi nan sunyi abadi
yang berpusar di dasar eksistensinya;
lubang hitam supermasif
di tengah galaksi gemerlap dunia
fana yang dihayatinya sebagai nyata.
"Kita--
makhluk-makhluk kesepian--menerjang
menyelami riuh ramai dunia,
hanya untuk kembali menemui diri
semakin dalam tenggelam
di lubuk sepi."
}
Kuingat sebersit isyarat
pernah tersirat di matamu.
Sepi yang tak pernah habis kau sesapi.
Sunyi yang tak pernah bisa tersembunyi;
kan selalu kau temui lagi
meski dalam kecamuk hujan badai,
sekalipun di tengah kota paling ramai.
Kuselami ruang imajiner di matamu,
mencari arti isyarat itu.
{Kita dalam kesepian masing-masing}
Dari lubuk sepi terlahir imaji.
Dari belantara sunyi terlahir bunyi.
Dari keduanya tercipta kata-kata.
Lalu kita pun bicara.
Membentangkan titian kata-kata
di atas jurang-jurang kesepian
yang memisahkan kita.
Merangkai arti
dari segala yang tak dimengerti.
Menebar benih-benih
cinta di padang hampa
dalam diri masing-masing.
Kuingat sebersit isyarat
pernah tersirat di matamu.
Sepi yang tak pernah habis kau sesapi.
Sunyi yang tak pernah bisa tersembunyi.
Kata-kata meleleh dari kedua matamu,
membanjiri padang hampa dalam hatiku.
Seketika, aku mengerti.
~ Yogyakarta, 19 Mei 2020