Pages - Menu

Suatu Pagi Yang Tanpa Gerimis

Barangkali aku tak perlu mengatakannya

Barangkali engkau tak usah mendengarnya

Biarlah kuletakkan saja hal itu di tengah samudera kesunyian
yang senantiasa setia menanti di penghujung aliran waktu yang berkelok-kelok
menyusuri relung lembah berkabut dalam bayang-bayang bukit-bukit ketidaktahuan kita
selagi kita berdiri di puncak gunung tanda tanya
meraba-raba cakrawala dengan bias-bias warna-warni pandang kita
mengharap secercah jawaban yang mungkin terselip di antara awan
yang siapa tahu akan turun bersama tetes hujan
atau membaur dalam berkas-berkas sinar mentari
jatuh menimpa wajah bunga-bunga
atau tergelincir di lengkung pelangi

Takdir berhembus dari dahan ke dahan
menjemput daun-daun kering dari tangkai sejarah
menghantarkannya melayang menggapai tanah
seperti kupu-kupu menari-nari di udara
merayakan kematian dengan kehidupan

Lalu kau punguti lembaran daun gugur itu
Kau selipkan di antara helai-helai tinta catatan hidupmu
Sebuah memorabilia sederhana
merangkum suatu pagi yang tanpa gerimis,
kilau-kemilau serbuk cahaya di antara siluet pohon-pohon kelapa berbaris di pematang sawah,
kawanan bangau putih di antara hijau rumpun padi,
bayangan gunung-gunung tinggi di tepi utara cakrawala,
jalanan-jalanan yang lurus dan yang berkelok,
yang datar dan yang menanjak,
dan yang kita tempuh dengan langkah-langkah tabah
seperti meniti ribuan anak tangga berlumur tanda tanya yang licin
menjawab setiap tanya dengan tanya
hingga ketika kita mencapai puncaknya
yang kita temui tinggal sepi

Barangkali bisu memang lebih sejati menyimpan arti

Barangkali hening memang lebih jernih menguak makna

Betapapun ajaibnya kata-kata
Adakah yang lebih ajaib daripada
...
(barangkali aku tak perlu mengatakannya)


Jogja, 19-20 Februari 2019