Pages - Menu

Perempuan Yang Menggenggam Waktu

Waktu selalu berjalan di belakangnya,
Menghitung langkah demi langkah
Yang diayunnya pelan-pelan
Dengan sepasang kaki mungil
Telanjang di atas pasir,
Sebelum dihapusnya setiap jejak itu
Satu demi satu dengan bunyi
"tik" dan "tok" bergantian

Waktu selalu berdiri di sisinya
Ketika dia menghentikan langkah
Di tepi sawah yang masih basah
Oleh tetes keringat dan uap tanah
Yang bercumbu di udara
Diiringi tarian burung-burung senja
Yang mekar di pucuk-pucuk randu
Dan rumpun nyanyian bambu
Menyeruak dari bibir-bibir lembah

Menunggu serupa kata yang tak perlu dimengerti untuk dipahami
Seberkas cahaya yang tak butuh warna untuk menjelma
Hingga malam pun tak akan pernah sanggup merenggutnya

Waktu akan duduk di depannya
Mengamati jari-jari kecilnya yang tabah
Mengurai serat-serat warna dari berkas cahaya rembulan
Memintalnya menjadi benang-benang makna
Menelusupkannya ke dalam lembaran-lembaran takdir

Dan waktu akan menjaganya ketika tidur
Membelai lembut rambutnya yang hitam melebihi malam
Mengecup pelan keningnya yang seputih pualam berpendar diterpa cahaya purnama
Menyelimutinya dengan keheningan pekat yang jernih dan dalam
Melindunginya dari gangguan hantu-hantu dari masa lalu dan godaan setan-setan dari masa depan

Memungut serpihan-serpihan mimpinya yang jatuh ke lantai
Memasukkannya ke dalam toples kaca
Dan menyelipkannya ke dalam pelukannya
Sehingga nanti ketika terbangun
Ia akan bisa menemukan kembali mimpi-mimpinya yang sempat terlupakan

*

Angin bermain-main di rambutnya
Seperti kupu-kupu di taman bunga
Menyelinap dari celah di bawah daun jendela yang tidak terkunci
Ketika pagi belum sempat menyematkan mentari di ujung cakrawala
Dan rembulan belum sepenuhnya padam
Dan malam belum juga selasai memunguti sisa bintang-bintang
Dan embun masih bergelayut di ujung dedaun

Waktu membangunkanku
Sebelum sempat kupejamkan mata
Pagi itu, pukul setengah enam

Aku bermimpi tentang perempuan yang menggenggam waktu di tangan kecilnya


Jogja
8-10 Februari 2019