Pages - Menu

Progo Bawah (Walkthrough)

Sungai Progo (atau yang masyarakat lokal sebut sebagai Kali Progo) merupakan salah satu sungai terbesar di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berhulu di Gunung Sindoro, sungai ini mengalir sepanjang sekitar 140 kilometer menuju laut selatan Jawa. Dari lereng Sindoro, Progo mengalir ke tenggara melintasi Kabupaten Temanggung, lalu berbelok ke selatan melintasi Kabupaten Magelang, kemudian memasuki wilayah Provinsi DIY sungai ini mengalir terus ke selatan menjadi batas antara Kabupaten Sleman dan Kulon Progo, hingga akhirnya bermuara di Samudera Indonesia.

Sepanjang alirannya, Progo menjadi muara dari banyak sungai yang berhulu di beberapa gunung lainnya, antara lain Kali Tangsi yang mengalir dari Gunung Sumbing, Kali Elo yang mengalir dari Gunung Merbabu, serta Kali Pabelan yang mengalir dari Gunung Merapi. Ini membuat volume air Sungai Progo, ketika memasuki wilayah DIY, menjadi sangat melimpah, terutama pada musim hujan yang biasanya memasuki puncaknya pada awal tahun.

Terdapat beberapa seksi dari sungai ini yang memiliki jeram yang cukup menantang untuk diarungi, baik dengan perahu karet (inflatable raft) atau dengan kayak. Seksi yang paling menantang untuk berarung jeram adalah seksi Progo Bawah, di mana volume air yang melimpah setelah menerima air dari beberapa anak sungai utama, berpadu dengan bebatuan besar yang berserakan sepanjang aliran sungai, menciptakan jeram-jeram besar dengan ombak-ombak yang mampu menghempaskan perahu dengan mudah. Diperlukan keahlian mendayung yang cukup tinggi untuk dapat mengendalikan perahu melewati jeram-jeram tersebut. Dengan kemampuan eskimo roll dan read and run yang baik, kau akan menemukan betapa sungai ini bisa jadi sangat menyenangkan di balik penampilannya yang menyeramkan.

Seksi ini biasanya dimulai dari Jembatan Klangon, di perbatasan antara Kulon Progo (DIY) dengan Magelang (Jawa Tengah), dan berakhir di Jembatan Kebonagung II (atau Jembatan Dekso, kami biasa menyebutnya), dengan panjang sungai sekitar 15,5 km (berdasarkan pengukuran manual di Google Map).

Progo Bawah adalah sungai big water dengan air berwarna cokelat karena mengandung banyak material sedimen, dan arus yang cenderung turbulen dan tak mudah diprediksi. Jeram-jeram yang ada biasanya terdiri dari ombak-ombak berukuran sedang hingga besar dengan beberapa hole. Kebanyakan jeram adalah jeram kelas III dan beberapa kelas IV. Bebatuan berbagai ukuran bertebaran di sepanjang aliran sungai, sisa jejak-jejak erupsi Merapi yang terakhir kali terjadi pada 2010. Sungai ini juga sering mengalami banjir sehingga beberapa jeram kadang mengalami perubahan.

Banyaknya endapan material di sepanjang tepian sungai membuat masyarakat menjadikan sungai ini tempat penambangan pasir dan batu, baik secara tradisional maupun dengan menggunakan alat berat. Di titik-titik penambangan yang menggunakan alat-alat berat, jeram-jeram yang ada sangat sering mengalami perubahan. Di titik-titik itu, bahkan aliran sungai pun tak jarang dibendung dan dialihkan dengan alat berat sehingga jeram-jeram baru dapat terbentuk (dan jeram-jeram lama bisa menghilang).

*

Tulisan ini dibuat untuk memberikan gambaran umum mengenai Progo Bawah sebagai sungai untuk berarung jeram (khususnya kayaking). Aku akan mencoba mendeskripsikan beberapa jeram penting yang kupikir cukup mewakili gambaran Progo Bawah secara keseluruhan. Pendeskripsian yang kubuat adalah berdasarkan pengalaman-pengalamanku beberapa kali mengarungi sungai tersebut, dan lebih cenderung dari sudut pandang seorang kayaker (karena kebetulan aku lebih sering mengarungi sungai tersebut menggunakan kayak). Meskipun demikian, semoga deskripsi tersebut dapat pula bermanfaat bagi para pendayung perahu jenis lainnya.

Informasi mengenai tingkat kesulitan jeram adalah subjektif berdasarkan penilaianku sendiri (mengingat belum ada konsensus baku mengenai hal ini), dan sangat mungkin untuk berbeda dengan penilaian orang lain.

Nama-nama jeram yang tercantum juga adalah nama-nama yang kuketahui berdasarkan apa yang pernah kudengar dari orang-orang. Meskipun demikian, cukup banyak jeram yang tidak kuketahui namanya (dan mungkin memang tidak pernah diberi nama, walaupun sebenarnya cukup layak dinamai untuk memudahkan pendeskripsian) yang kuberi nama sendiri berdasarkan ciri-ciri tertentu. Karena itu, setiap jeram yang dideskripsikan akan disertai dengan link koordinat Google Map-nya agar dapat lebih mudah menentukan lokasi pasti jeram yang dimaksud.

Aku juga menyertakan beberapa rekaman vidio yang diambil pada pengarungan tanggal 20 Januari 2018 pada kondisi level air cukup tinggi untuk lebih memperjelas gambaran jeramnya. Meski demikian, perlu dicatat bahwa tinggi-rendahnya level air dapat sangat mempengaruhi bentukan jeram yang ada, terutama berkaitan dengan ada-tidaknya hole.

Beberapa istilah tertentu juga akan diberi catatan kaki sebagai penjelasan seandainya kebetulan ada yang kurang dimengerti.

Perlu ditekankan bahwa informasi-informasi yang dipaparkan dalam tulisan ini “pasti” tidak lengkap sehingga tidak akan cukup layak untuk dijadikan rujukan utama. Tulisan ini hanya sebagai deskripsi umum saja.

*

Titik akhir:
  • Jembatan Kebonagung II (atau Jembatan Dekso), menghubungkan Desa Banjararum Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo D.I.Y di sebelah barat dengan Desa Kebonagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman D.I.Y di sebelah timur
  • Google map: https://goo.gl/maps/tqHwV33qhV52

Titik awal:
  • Jembatan Progo Klangon, menghubungkan Padukuhan Klangon Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo D.I.Y di sebelah selatan dengan Desa Blongkeng Kecamatan Ngluwar Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah di sebelah utara.
  • Google map: https://goo.gl/maps/YTxHraN687N2 

Akses darat di sepanjang seksi sungai:

*

Kau dapat memulai pengarungan Progo Bawah dari dua tempat. Yang pertama dari Jembatan Klangon, di jalan alternatif menuju Mendut (https://goo.gl/maps/YTxHraN687N2). Di sebelah utara jembatan, di sisi barat jalan terdapat tangga untuk turun ke tepi sungai. Terdapat eddy yang cukup luas di bawah situ. Kau bisa melakukan persiapan pengarungan dengan mendayung-dayung di flat, menjajal eskimo roll-mu, atau buang air kecil terlebih dahulu di situ (hal ini memang wajar dan sering terjadi). Tapi jangan terlalu bertingkah seenaknya, karena di situ juga biasanya banyak orang memancing.

Alternatif titik permulaan pengarungan lainnya adalah dari tempat penambang pasir tradisional yang berada di jalan alternatif menuju Borobudur, sekitar 1 km dari jembatan Klangon ke arah barat laut menyusuri sisi kanan Sungai Progo (atau kiri, jika kau menghadap ke hulu. Lihat https://goo.gl/maps/uYnFrr6EsGo). Dari tempat ini, akses menuju sungai lebih landai dan lebih mudah untuk menurunkan perahu karet (dibandingkan dengan menuruni tangga di Jembatan Klangon yang agak sempit dan curam). Namun di tempat ini tidak ada tempat untuk menitipkan kendaraan sebab cukup jauh dari rumah-rumah warga. Berbeda dengan di Jembatan Klangon yang dekat dengan rumah warga (dan warung nasi goreng dan es buah) sehingga kita dapat menitipkan kendaraan (atau ngemil dulu) bila memang diperlukan (sebagaimana yang biasanya kami lakukan bila mengarungi Progo Bawah).

Dari tempat penambang pasir sampai ke jembatan Klangon terdapat jeram kelas II+ dengan ombak-ombak berukuran sedang yang dapat dilalui dengan mudah. Menjelang jembatan, sungai sedikit berbelok ke kiri dan arus air menabrak tebing sisi kanan sungai menciptakan cushion wave dan arus turbulen, kemudian terjadi penyempitan di bawah jembatan yang menyebabkan boil-boil dan pusaran-pusaran kecil terbentuk.

Dari jembatan Klangon hingga sejauh sekitar 50 meter selanjutnya (berdasarkan pengukuran di dalam kepalaku) adalah flat, yang kemudian akan diikuti oleh jeram kelas II dengan ombak-ombak kecil.


Sekitar 100 meter selanjutnya adalah flat lagi sampai ke pertemuan dengan anak sungai dari sebelah kiri (kau mungkin tidak akan menyadari keberadaan anak sungai ini) dan terdapat bangunan (entah apa) di sisi kanan sungai. Di titik itu, penampang sungai menjadi lebih lebar dan terjadi pendangkalan yang kemudian memencarkan aliran sungai menjadi banyak jalur. Untuk melewatinya, kau perlu cukup jeli menemukan jalur dari aliran utama di tengah sungai untuk berpindah ke sisi kanan melewati hamparan pillow-pillow berserakan. Jika debit air sedang besar, kau bisa mengambil jalur agak merapat ke sisi kanan sungai sejak awal, kemudian tinggal mengikuti arus berombak kelas II+ sepanjang tepi kanan sungai.

Setelah itu, arus utama sungai yang sebelumnya terpencar karena pendangkalan akan menyatu kembali, menciptakan ombak-ombak kelas III (yang tentu lebih besar dari ombak kelas II) dan kembali mengalir ke tengah sungai. Menjelang akhir jeram ini kadang terdapat hole di tengah aliran utama, sedikit agak ke kiri, bila debit air cukup besar. Bila tidak cukup jeli membaca bentuk dan aliran arus, kau mungkin dapat terjerumus ke hole tersebut. Bukan tipe keeper hole (sepertinya) namun akan mampu menahan laju perahu bila kau menggunakan perahu karet, atau memaksamu terbalik bila kau menggunakan kayak, meskipun setelah itu akan memuntahkanmu kembali. Untuk menghindarinya, jaga jalur lintasanmu di tengah agak sedikit mengarah ke kanan sampai ke akhir jeram.



Kemudian akan ada sedikit flat, lalu sebuah delta yang membagi aliran sungai menjadi dua. Kedua-duanya memungkinkan untuk dilewati, namun aliran yang kanan adalah yang biasanya dilalui sebab penampangnya lebih lebar dan debit airnya lebih banyak. Di situ akan kau jumpai jeram kelas III yang berisi cukup banyak pillow. Jeram tersebut akan terus berlanjut hingga kedua aliran kembali menyatu dan sungai mulai berbelok ke kanan dengan ombak-ombak besar beruntun.

https://goo.gl/maps/qE9JJhqvUPz (sampai 700m selanjutnya)


Itu adalah permulaan jeram Budhil (kelas IV) yang merupakan salah satu jeram terbesar di seksi Progo Bawah. Kau bisa menepi di sebelah kanan sungai, tepat sebelum belokan sungai menjadi semakin tajam dan alirannya semakin curam, untuk melakukan scouting bila diperlukan (terutama jika kau baru pertama kali mengarungi sungai ini).

Terdapat dua jalur di jeram Budhil. Jalur utamanya berada di mainstream tengah yang akan mengantarkanmu langsung menuju jeram yang di tengahnya terdapat ombak reversal besar sebelum kemudian menemui arus kuat yang melipat dari sisi kiri (yang terjadi akibat belokan sungai ke kanan). Kau butuh bracing yang kokoh agar tidak terbalik oleh reversal dan lipatan arus dari sisi kiri tersebut (jika terbalik di sini, bagaimanapun kau harus melakukan eskimo roll, sebab jika berenang kau akan tertelan sungai cukup lama sebelum ia memutuskan untuk bermurah hati memuntahkanmu kembali). Sementara itu, jalur kanan yang ada di bagian dalam belokan sungai, adalah chicken line yang dapat kau lalui bila jalur utama dirasa terlalu sulit.

Setelah jeram Budhil, aliran sungai akan sedikit berbelok ke kiri dengan arus menabrak tebing di sisi kanan sungai menciptakan turbulensi (yang juga cukup senang menelan orang yang berenang). Selebihnya, adalah jeram-jeram kelas II+/ III yang berisi ombak-ombak berukuran sedang, terus sepanjang sekitar 3 kilometer (sekali lagi, berdasarkan pengukuran di dalam kepalaku) sampai kau melihat ada tanggul di tepi kanan sungai dan pintu air di kejauhan.


Jeram yang berada tepat di depan pintu air tersebut terbagi dua oleh pendangkalan di tengah sungai. Di sebelah kanan terdapat jalur yang mengikuti tepian sisi luar belokan sungai sepanjang tanggul, dan di sebelah kiri adalah jalur kelas III yang biasanya dilalui, yang arus buangannya mengarah langsung ke dinding tanggul dan mulut pintu air, sebelum kemudian berbelok ke kiri ketika menabrak dinding. Berhati-hatilah agar tidak masuk ke pintu air atau terjebak di situ. Kau bisa langsung memasuki eddy di sisi kiri tepat di akhir jeram bila khawatir terbawa arus ke mulut pintu air tersebut, atau tetap di arus utama namun tetap mepet ke kiri.


Setelah pintu air, akan ada jeram cukup panjang yang berisi ombak-ombak kelas III, kemudian flat, dan kau akan melihat ada jembatan. Dari jembatan itu kau harus melakukan portaging  untuk menghindari dam yang di bawahnya terdapat hidrolik besar. Kau bisa berjalan menyusuri pondasi dasar tanggul di tepian sepanjang sisi kiri sungai untuk itu, namun berhati-hatilah sebab jalannya cukup licin karena berlumpur dan berlumut, dan ada air terjun kecil yang harus dilewati. Atau kau bisa menaiki tangga (ada di sisi kiri sebelum jembatan) dan lewat jalan raya di atas yang lebih aman namun akan lebih memakan waktu.



Pengarungan dapat dimulai kembali setelah dam. Jeram pertama akan langsung kau temui, kelas III+ dengan ombak yang cukup besar. Berhati-hatilah di sekitar sini sebab terdapat cukup banyak sisa besi rangka konstruksi tanggul dan dam yang tertinggal di dasar sungai. Kau tidak ingin tersangkut di situ.


Kemudian kau akan menjumpai jeram kelas III yang mainstream-nya beralih dari kanan ke kiri sungai yang kemudian akan mengantarkanmu menuju jeram besar lainnya. Jika kau bisa melihat ada tangga semen di sisi kanan dan kiri sungai, dan ada saluran pembuangan air irigasi di sebelah kiri, berarti jeram di depanmu adalah Jeram Gate.

Di ujung jeram itu terdapat dua batu altar besar di kanan dan kiri sungai yang menjadi semacam gerbang yang mempersempit aliran sungai sehingga menciptakan arus turbulen dan ombak reaksional yang cukup kuat (di sisi kiri). Namun itu adalah hal terakhir yang perlu kau khawatirkan. Sebelum itu, jeram panjang kelas IV ini penuh ombak dan batu-batu yang kadang menjadi hole (jika debit air cukup besar), meskipun sebenarnya cukup mudah melihatnya (jika kau tahu tanda-tandanya).

Ikuti saja mainstream di tengah, sedikit agak ke kanan, untuk menghindari beberapa ombak reversal atau hole yang biasanya menunggu di tengah (tapi jangan terlalu mepet ke kanan, sebab di kanan juga terdapat batu-batu besar yang akan menjadi hole mengerikan jika debit air besar). Di ujung jeram, kau sebaiknya tidak terlalu mepet ke kiri sebab mainstream kiri akan menabrak batu altar dan menciptakan ombak reaksional yang berpotensi membuatmu terbalik. Jika ragu-ragu, kau dapat melakukan scouting terlebih dahulu dari sisi kanan jeram ini (Ingat tangga di kanan-kiri itu? Itu tandanya).




https://goo.gl/maps/AGUvbCHdevD2


Setelah Gate, akan ada jeram kelas III lainnya, yang isinya melulu ombak (yang dulunya bernama Fear), lalu 500 meter kemudian akan kau jumpai jeram pendek kelas III yang arus utamanya mengarah langsung ke pusaran eddy di cerukan besar sebelah kanan sungai (biasanya disebut Celengan). Kau harus memotong ke kiri begitu melewati ombak besar di tengah untuk menghindari terjebak di pusaran tersebut.






Setelah flat sebentar, akan ada jeram pendek kelas III lainnya yang berakhir dengan belokan ke kanan dan arus merapat ke sisi kiri sungai. Di belokan itu biasanya terbentuk boil yang bisa cukup merepotkan. Setelah itu, flat sejenak, kemudian sungai terus berbelok ke kanan dan kembali menyajikan jeram kelas III dengan karakter yang sama, berbelok ke kanan, arus menabrak tepi kiri sungai dan boil terbentuk di ujung jeram sehabis beberapa ombak berukuran sedang.



Di situ adalah daerah penambangan pasir dan batu (yang biasanya disebut Selepan atau Gilingan Watu), dan aliran sungai agak mengalami pendangkalan. Seperti untuk menuju Roma, ada banyak jalur yang dapat dilalui melewati jeram-jeram kelas II+ yang cukup mudah terlihat ini. Cukup berhati-hati agar tidak terhambat pillow yang bertebaran, dan kau akan sampai di ujung jeram yang kemudian berbelok ke kiri dengan aliran air yang flat.

Setelah flat itu, ketika sungai kembali berbelok ke kanan, akan ada jeram pendek kelas III- lagi yang jalurnya cukup mudah. Kemudian sungai akan berbelok ke kiri pelan-pelan dengan riak-riak kecil. Namun jangan sampai lengah sebab di ujung riak-riak itu ada jeram besar yang menanti.


Seksi itu terbagi menjadi dua aliran dengan jeramnya masing-masing, sebelum kemudian menyatu kembali. Aliran yang sebelah kiri adalah yang biasanya dilalui, sebab lebih lebar dan lebih besar debitnya. Di situ terdapat jeram kelas III+ yang di ujungnya terdapat batu besar (yang jika debit air besar akan menjadi hole) yang dinamakan Watu Hiu. Kau bisa menghindarinya dengan memotong arus utama ke kanan menjelang akhir jeram.

Sementara itu, aliran yang kanan menyimpan jeram kelas IV- yang lumayan sulit, berupa drop ganda yang curam dan berbelok ke kiri dengan arus saling melipat menyajikan dua ombak reversal berturut-turut. Kau bisa terbalik dengan mudah di sini bila kurang agresif bermanuver.

Setelah aliran itu menyatu kembali, akan langsung disambut oleh jeram kelas III yang banyak pillow-nya. Kemudian sungai berbelok ke kanan menuju jeram pendek kelas III yang menabrak tebing dan berbelok tajam ke kiri. Jangan sampai terpojok ke tebing, apalagi bila debit air sedang besar. Ambil jalur tengah kemudian mengarah ke kiri, ke mana aliran sungai berlanjut dengan ombak-ombak, sejauh sekitar 300 meter, sebelum kau bisa melihat air terjun di tebing tinggi sisi kiri sungai.

https://goo.gl/maps/AoqjuLnp7Ck (hingga 300m selanjutnya)


Dari air terjun itu hingga sejauh sekitar 1 kilometer selanjutnya terdapat beberapa jeram pendek kelas III sampai ke flat panjang di bawah jembatan gantung. Flat ini akan membawamu menuju sebuah jeram panjang kelas IV- yang penuh ombak dan beberapa ombak reversal yang cukup besar. Ikuti mainstream di tengah untuk melewatinya dan kau akan baik-baik saja.


Aliran sungai kembali akan flat sepanjang sekitar 1 kilometer lebih, kemudian akan ada jeram panjang kelas II, lalu sebuah jeram kelas III ketika sungai sedikit berbelok ke kanan. Setelah itu akan ada bongkahan batu besar di sebelah kiri aliran sungai, kemudian ada anak sungai masuk dari sisi kiri, lalu sungai akan mulai melebar dan terbuka menyajikan pemandangan perbukitan menoreh di kejauhan.




Pelebaran itu disebabkan oleh delta yang membagi aliran sungai menjadi tiga, dengan aliran utama yang biasanya dilewati berada di tengah. Aliran yang kiri mungkin bisa dilewati jika debit air sedang besar, sedangkan aliran yang paling kanan tidak memungkinkan untuk dilewati karena terlalu dangkal. Di aliran tengah akan kau temui jeram kelas IV- panjang (bernama Walet) yang biasanya menyajikan ombak besar, sebelum kemudian aliran sungai kembali menyatu dengan aliran dari kiri, dengan arus utama mengarah ke tebing di kiri sungai.

Setelah itu akan ada pendangkalan berjeram kelas II+ lagi, kemudian flat panjang menuju delta lainnya. Di sini, di akhir pendangkalan tepat sebelum flat, di sisi kanan sungai terdapat drop agak lebar yang kadang menjadi hole, dan pada debit air besar akan menjadi ombak reversal yang cukup menyenangkan untuk surfing (jika kau bisa menangkapnya), atau untuk melancarkan aksi kickflip-mu.


Di delta selanjutnya, aliran sungai akan terbagi dua, jika debit air agak tinggi. Yang kiri, jika tidak sedang dibendung oleh para penambang, akan menyajikan jeram panjang kelas IV- yang diakhiri dengan drop curam tepat di pertemuan dengan aliran dari kanan. Sementara itu, aliran yang kanan pada awalnya hanya akan menyajikan riak-riak kelas II, namun akan membawamu ke belokan ke kiri yang menyembunyikan jeram terjal kelas IV di ujungnya. Perlu ekstra hati-hati ketika melalui jeram ini, sebab agak sulit untuk membacanya langsung, sementara di tengah jeram, pada debit besar, kadang tersembunyi hole kecil yang dapat cukup merepotkan, padahal setelah itu masih ada drop yang kemudian disambut oleh pertemuan arus dengan aliran dari kiri yang cukup kuat.


Setelah pertemuan arus itu masih akan ada ombak-ombak yang cukup besar sebelum kemudian memasuki daerah penambangan pasir dan batu (lagi). Dari situ, hingga seterusnya sepanjang sekitar 4 kilometer, adalah daerah penambangan pasir dan batu dengan alat-alat berat. Jeram-jeram dan aliran sungai sering mengalami perubahan karena dibendung dan dialihkan oleh para penambang. Secara umum, jeram yang biasanya terbentuk adalah kelas III atau III+. Selain itu, kadang terdapat hole di daerah yang sepertinya tidak berjeram, sehingga kau sebaiknya tetap waspada meskipun aliran sungai terlihat flat.

sepanjang sekitar 3 kilometer sampai


Dari daerah penambangan pasir dan batu itu kau akan dapat melihat beberapa menara pemancar di kejauhan. Itu adalah tanda di mana titik akhir pengarungan Progo Bawah berada. Selepas daerah penambangan terakhir, sungai akan berbelok ke kiri dan kau bisa melihat jembatan panjang membentang melintasi sungai. Kau bisa naik di jalan setapak landai sebelah kanan sungai sebelum mencapai jembatan (https://goo.gl/maps/UmXKtbyYJPt), atau lewat jalan setapak lainnya yang lebih terjal tepat di bawah jembatan di sisi kiri sungai (https://goo.gl/maps/tqHwV33qhV52).



--------------------
keterangan:

Big water: Sungai yang volume airnya besar.

Boil: Arus yang muncul dari bawah menuju ke permukaan kemudian memencar ke segala arah dan bentuknya seperti air mendidih. Biasanya terbentuk karena arus bawah yang sangat kuat tiba-tiba membentur sesuatu sehingga terdorong ke permukaan. Arus ini cenderung sukar diprediksi dan sangat kuat. Banyak ditemukan pada kondisi banjir.

Bracing: Teknik dalam kayaking (dan canoeing) yang digunakan untuk mencegah agar perahu tidak terbalik.

Chicken line: Jalur alternatif untuk melewati suatu jeram yang lebih mudah daripada jalur utama.

Cushion wave: Ombak reaksional yang terjadi akibat arus air yang kencang menabrak benda padat yang kokoh (misalnya tebing atau batu besar atau tiang pancang jembatan) sehingga terpantul kembali dan menumpuk di atas permukaan.

Eddy: Arus yang mengarah ke hulu sungai (berlawanan dengan arah arus sungai) dan cenderung lebih tenang. Biasanya terbentuk di balik batu (atau benda apapun yang menghalangi aliran sungai) atau di sisi dalam pada belokan sungai.

Eskimo roll: Teknik untuk membolakkan kembali kayak yang terbalik ketika ditunggangi tanpa keluar dari kayak tersebut. Ini adalah salah satu teknik penyelamatan diri yang paling penting bagi kayaker arus deras.

Flat: Ketika permukaan air tidak berombak.

Hole: Bentukan arus sungai yang beresirkulasi secara vertikal di satu tempat sehingga benda mengapung apapun yang melintas di atasnya akan tersedot dan tertahan di titik tersebut. Istilah lain yang artinya hampir sama adalah hidrolik dan stopper wave.

Keeper hole: Hole yang cenderung tidak akan melepaskan benda apapun yang terjebak ke dalamnya.

Kickflip: Meluncur di atas ombak kemudian berputar 360 derajat (pada aksis horizontal searah aliran sungai) sebelum mendarat kembali di permukaan air dengan posisi seperti semula.

Mainstream: Arus utama sungai, yang paling kuat dan paling besar.

Pillow: Batu yang tertutup air namun tidak cukup dalam sehingga dapat menghambat perahu.

Portaging: Menghindari melewati jeram (atau bagian tertentu suatu sungai) dengan mengangkat perahu dan berjalan di darat.

Read and run: Normalnya, kita tidak mengarungi jeram tanpa terlebih dahulu mengetahui seperti apa bentukan-bentukan arusnya, bagian mana yang berbahaya dan mana yang relatif tidak begitu berbahaya, jalur mana yang dapat dilewati dan mana yang tidak, dan sebagainya yang biasanya menuntut kita untuk berhenti terlebih dahulu dan mengamati jeram tersebut (apakah itu dari atas perahu, atau jika perlu dari darat, yang diistilahkan dengan scouting). Namun seiring dengan bertambahnya pengalaman, kemampuan seseorang untuk "membaca" arus sungai yang ada di hadapannya juga akan semakin matang, hingga pada titik tertentu ia jadi mampu memperkirakan apa-apa yang ada di depannya berdasarkan tanda-tanda tertentu, sehingga dengan cukup mudah mampu segera menetukan jalur yang hendak dilalui sembari tetap meluncur di atas kayaknya. Inilah yang dimaksud dengan read and run.

Reversal: Pada prinsipnya, setiap arus air sungai yang mengarah ke hulu (berlawanan dengan arah aliran sungai) adalah reversal. Namun, secara lebih spesifik, istilah ini biasanya digunakan untuk menyebut ombak yang puncaknya pecah dan menggulung kembali ke arah hulu.