Pages - Menu

Canoe or Kayak

“Itu namanya kano ya mas?”
“Bukan pak, ini namanya kayak.”
“Ooh, kayak… Bedanya sama kano apa mas?”

Beberapa kali ada yang mampir di tepi danau buatan di mana aku biasanya berlatih mendayung kayak, dan tak jarang pertanyaan semacam itu muncul.

Maka aku kemudian berusaha menjelaskan perbedaan antara canoeing dan kayaking dari segi bentuk fisik perahunya, bentuk dayung yang digunakan, dan cara si pendayung duduk di perahu tersebut ketika sedang mendayung. Itulah tiga poin utama yang membedakan canoeing dan kayaking.

Kano adalah perahu yang, secara tipikal, bagian atasnya terbuka sedangkan kayak adalah perahu yang bagian atasnya tertutup (kecuali di bagian tengah yang dibiarkan berlubang sebagai tempat pendayungnya duduk). Kano digerakkan dan dikendalikan menggunakan dayung yang bilah daunnya satu sedangkan kayak menggunakan dayung yang bilah daunnya dua (satu di masing-masing ujungnya). Dan pendayung kayak duduk dengan kaki agak selonjoran di dalam kayak sedangkan pendayung kano duduk dengan cara yang berbeda, kadang berlutut, mungkin bersila, ada yang setengah berlutut, dan ada pula yang duduk di tempat duduk khusus yang seperti bangku yang melintang menghubungkan dua sisi perahu.

Itu adalah jawaban tipikal paling dasar. Namun, akan cukup sering ditemui bahwa kayaking maupun canoeing ternyata tidak selamanya memenuhi tiga kriteria tersebut. Dan kenyataan itu pernah membuatku bertanya-tanya sendiri, apakah sesungguhnya kayak dan kano benar-benar memiliki perbedaan esensial?

Coba saja lihat perlombaan canoe slalom dan kayak slalom, atau wildwater canoeing dan wildwater kayaking, maka secara sepintas engkau akan menyaksikan bahwa bentuk perahu yang disebut kano dan yang disebut kayak itu sebenarnya bisa sama saja. Kedua-duanya adalah perahu ramping yang bagian atasnya tertutup.

C1 slalom
C1 slalom
K1 slalom
K1 slalom
C1 Wildwater
K1 Wildwater


Atau coba perhatikanlah kayak sit-on-top. Bukankah ia tidak memenuhi kriteria kayak sebagai perahu yang bagian atasnya tertutup? Belum lagi bila kita menemukan kayak atau kano jenis inflatable yang kebanyakan bagian atasnya tidak tertutup. Maka pertanyaan mengenai perbedaan esensial antara perahu yang disebut kano dan yang disebut kayak adalah sebuah pertanyaan yang wajar adanya.

Sit-on-top kayak
Inflatable kayak


Dalam usaha menemukan jawaban yang mampu menjawab pertanyaan tersebut secara memuaskan, aku kemudian berpapasan dengan fakta membingungkan lainnya. Mengapa organisasi yang menaungi kayaking dan canoeing sebagai cabang olahraga di dunia dinamankan International Canoe Federation (ICF)? Bahkan organisasi-organisasi semacam itu, di banyak negara ternyata juga menggunakan istilah canoe (alih-alih kayak) semisal American Canoe Association (ACA), atau British Canoe Union (BCU) yang sejak 2015 hingga sekarang menjadi British Canoeing (BC), atau Australian Canoe Federation (ACF), dan lain sebagainya.

Sebelumnya, aku berpikir bahwa istilah kano dan kayak mengacu pada dua hal yang meskipun sama-sama termasuk jenis perahu kecil-ramping namun memiliki perbedaan yang jelas secara fisik, dan bahwa istilah kayak dan kano berposisi setara di bawah istilah perahu. Belakangan, setelah menelusuri berbagai sumber informasi di dunia maya, aku jadi mengetahui bahwa istilah canoe ternyata bersifat lebih umum daripada istilah kayak, dalam artian bahwa kayak dapat dikatakan sebagai suatu jenis khusus dari perahu canoe (namun tidak sebaliknya), atau bahwa kayaking merupakan suatu style khusus dalam canoeing. Ini tersirat, salah satunya, dalam situs resmi British Canoeing. 

Bila demikian adanya, mungkin sebenarnya sah-sah saja bila aku menjawab pertanyaan pertama dalam cuplikan obrolan di awal itu dengan “iya, ini kano” sehingga aku jadi tidak perlu panjang lebar menjelaskan perbedaan antara canoeing dan kayaking. Namun tentu saja, waktu itu aku sendiri juga belum mengetahui bahwa ternyata istilah canoe memiliki makna yang lebih luas dan merangkum istilah kayak sebagai bagian di dalamnya.

Tetapi itu mungkin hanya persoalan konsepsi mengenai makna kata saja. Dan rupa-rupanya memang orang-orang Inggris lah yang konon menjadi biang keladinya (lihat Wikipedia). Pada kenyataannya, setiap wilayah di permukaan bumi yang masyarakatnya hidup dekat dengan perairan memang telah mengembangkan suatu cara dan peralatan tertentu untuk dapat menjelajahi perairan tersebut sehingga terciptalah berbagai macam perahu yang masing-masing peradaban dan kebudayaan menyandangkan nama tersendiri kepadanya, meskipun pada prinsipnya perahu-perahu tersebut memiliki bentuk yang secara mendasar sama.

Tetapi orang-orang Inggris mungkin sudah terlebih dahulu mengenal perahu kecil yang relatif ringan dan bentuknya ramping dengan kedua ujung lancip yang digerakkan dan dikemudikan dengan dayung sebagai ‘canoe’ (lihat Cambridge Dictionary) sebelum mereka mengenal kayak sehingga ketika kemudian mereka menjumpai perahu yang serupa meskipun agak berbeda, secara otomatis mereka mengasimilasikannya secara konseptual sebagai ‘canoe’. Dan ternyata, dalam Cambridge Dictionary pun, kayak didefinisikan menggunakan istilah canoe, yaitu sebagai suatu jenis canoe yang ringan dan ramping serta tertutup bagian atasnya.

Belakangan, kesimpulan itu jadi semakin kuat setelah aku mengetahui bahwa secara etimologis istilah canoe pertama kali muncul dalam Bahasa Inggris sekitar tahun 1550-an, berkaitan dengan peristiwa penemuan Dunia Baru oleh Christoper Columbus yang kemudian dinamakan Benua Amerika hingga sekarang (lihat: Dictionary.com), sedangkan istilah kayak dalam Bahasa Inggris baru dikenal pada abad ke-18, sekitar tahun 1757 (lihat Dictionary.com).

Maka karena kebetulan Bahasa Inggris kemudian dipakai oleh banyak orang sehingga dijadikan bahasa internasional, wajarlah kiranya sehingga hirarki konseptual yang sama pun akhirnya menyebar luas dan organisasi internasional yang menaungi kayaking sebagai olahraga pun akhirnya dinamakan International Canoe Federation.

*
Oktober-November 2017