Pages - Menu

Jalan Busur [16 - KISAH TETSUYA]

terjemahan dari The Way of the Bow oleh Paulo Coelho
~
~

KISAH TETSUYA

Aku pernah bekerja untuk seorang besar yang terhormat yang tinggal di suatu daerah; aku bertanggung jawab merawat kandang kudanya. Namun karena tuanku selalu bepergian, aku punya banyak waktu luang, sehingga kuputuskan untuk menghabiskan waktuku untuk sesuatu yang kuanggap sebagai alasan sesungguhnya kita hidup: minum-minum dan main perempuan.

Suatu hari, setelah beberapa malam kulalui tanpa tidur, aku merasa pusing dan pingsan di suatu tempat jauh dari desa. Kupikir aku akan mati dan tidak punya harapan lagi. Ternyata, seseorang yang belum pernah kutemui sebelumnya kebetulan lewat di jalan dekat situ; ia menolongku dan membawaku ke rumahnya –di suatu tempat yang jauh—dan merawatku selama berbulan-bulan hingga pulih dan sehat kembali.

Selama proses pemulihanku, aku sering melihatnya pergi setiap pagi membawa busur dan anak-anak panahnya.

Ketika aku merasa kondisiku sudah cukup baik, aku memintanya mengajariku seni memanah; itu jauh lebih menarik daripada menjaga kuda. Ia berkata padaku bahwa kematianku sudah sangat dekat, dan tidak mungkin dijauhkan lagi. Tinggal dua langkah saja dariku, dan itu adalah akibat dari apa yang pernah kulakukan pada tubuhku sendiri.

Jika aku ingin belajar, itu hanya untuk menjaga agar kematian tidak menyentuhku. Seseorang dari suatu tempat yang jauh di seberang lautan telah mengajarkan padanya bahwa adalah mungkin untuk menghindari untuk sementara jalan yang mengantarkan kita ke jurang kematian. Namun, dalam kasusku, untuk sepanjang sisa hari-hariku, aku harus selalu menyadari bahwa aku sedang berjalan di tepi jurang dan dapat terjatuh ke dalamnya setiap saat.

Ia mengajariku jalan busur. Ia memperkenalkan aku dengan kawan-kawannya, ia mengikutkanku dalam kompetisi, dan dengan segera saja aku jadi terkenal di daerah itu.

Ketika ia melihat bahwa aku telah cukup belajar, ia mengambil anak panah dan sasaranku, dan membiarkanku memiliki busur saja sebagai kenang-kenangan. Ia berpesan agar aku menggunakan ajarannya untuk melakukan sesuatu yang dapat memenuhiku dengan antusiasme.

Kukatakan bahwa aku sangat menyukai bekerja sebagai tukang kayu. Ia memberkatiku dan menyuruhku pergi dan mengabdikan diri pada apa yang paling kunikmati melakukannya sebelum ketenaranku sebagai seorang pemanah menghancurkanku atau membawaku kembali ke kehidupanku seperti yang sebelumnya.

Setiap detik semenjak itu telah menjadi perjuangan tanpa henti bagiku melawan kebiasaan-kebiasaan bururkku dan melawan kesedihanku sendiri.

Aku harus selalu fokus dan tenang, melakukan pekerjaan yang kupilih dengan cinta, dan tidak pernah terpaku pada saat sekarang, sebab kematian masih selalu sangat dekat, jurang itu berada di situ tepat di sampingku dan aku berjalan di sepanjang tepiannya.’

~

Tetsuya tidak mengatakan bahwa kematian senantiasa berada dekat dengan semua mahluk hidup; bocah itu masih terlalu muda dan belum perlu baginya untuk memikirkan hal itu.

Tetsuya juga tidak berkata bahwa jalan busur ada dalam setiap aktivitas manusia.

Ia hanya memberkati bocah itu, sebagaimana ia pernah diberkati bertahun-tahun yang lalu, dan memintanya untuk pergi, karena ia telah mengantuk setelah melalui hari yang panjang itu.

[SELESAI]