Pages - Menu

Jalan Busur [11 - MOMEN KETIKA ANAK PANAH DILEPASKAN]

terjemahan dari The Way of the Bow oleh Paulo Coelho
~
~

MOMEN KETIKA ANAK PANAH DILEPASKAN

Ada dua macam tembakan.

Yang pertama adalah tembakan yang dilakukan dengan presisi tinggi, namun tanpa ruh di dalamnya. Dalam hal itu, meskipun si pemanah menguasai teknik memanah dengan baik, ia sepenuhnya hanya fokus pada sasaran dan karena itu ia tidak akan berubah, ia menjadi pribadi yang kering, tidak dapat tumbuh, dan, suatu hari nanti ia akan meninggalkan jalan busur karena mendapati bahwa segalanya hanya sekedar rutinitas belaka.

Yang kedua adalah tembakan yang dilakukan dengan sepenuh hati dan jiwa. Ketika intensi si pemanah bertransformasi menjadi lesatan anak panah, tangannya terbuka pada saat yang tepat, suara tali busur membuat burung-burung bernyanyi, dan ketika menembak sesuatu yang berada jauh di sana ia menemukan dirinya sendiri.

Engkau tahu seberapa besar usaha yang dibutuhkan untuk menarik busurmu, untuk bernafas dengan cara yang benar, untuk berkonsentrasi terhadap sasaran, untuk menyucikan niatmu, untuk menjaga kuda-kuda dan posisi tubuh yang benar, untuk menaruh hormat pada sasaranmu, namun engkau pun perlu memahami bahwa tiada hal di dunia ini yang akan selalu berada di sisimu: pada waktunya, engkau mesti membuka tanganmu dan merelakan niatanmu pergi memenuhi takdirnya.

Karena itu, anak panah harus pergi, seberapapun engkau mencintai setiap langkah yang telah kau ambil demi kuda-kuda dan intensi yang benar, dan seberapapun engkau mengagumi bulu-bulu di ekornya, ujungnya yang runcing, maupun bentuknya yang demikian sederhana.

Namun, ia tak dapat pergi sebelum si pemanah benar-benar siap menembak, sebab lesatannya akan teramat singkat. Ia pun tidak dapat pergi setelah sikap dan konsentrasi tertentu telah dicapai sebab tubuh itu tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi dan akan mulai gemetar.

Ia harus pergi tepat pada momen ketika busur, pemanah dan sasaran bersatu menjadi satu titik dalam semesta: momen yang disebut inspirasi