Di negeri di mana kabut senantiasa mengambang,
udara seakan tak pernah bergerak,
seperti beku,
dan terasa dingin sampai ke jiwa.
udara seakan tak pernah bergerak,
seperti beku,
dan terasa dingin sampai ke jiwa.
Seolah-olah waktu pun mandeg di suatu momen tak tentu.
Dan memang segala-galanya tiada menentu.
Tak jelas.
Dan memang segala-galanya tiada menentu.
Tak jelas.
Jendela-jendela kaca buram karena kabut yang menempel.
Pintu-pintu di setiap rumah senantiasa tertutup rapat agar dingin tak bebas melenggang masuk,
meski sebagian tetap dapat menyusup lewat celah-celah di berbagai sudut.
Namun selama perapian tetap menyala, dingin tak kan berani mendekat.
Hanya bisa meringkuk di pojok-pojok jauh yang gelap,
bersembunyi di balik bayang-bayang.
Pintu-pintu di setiap rumah senantiasa tertutup rapat agar dingin tak bebas melenggang masuk,
meski sebagian tetap dapat menyusup lewat celah-celah di berbagai sudut.
Namun selama perapian tetap menyala, dingin tak kan berani mendekat.
Hanya bisa meringkuk di pojok-pojok jauh yang gelap,
bersembunyi di balik bayang-bayang.
Di depan perapian itulah orang-orang biasanya berkumpul,
mendengarkan kisah-kisah yang terlantun,
tentang negeri yang jauh di balik kabut,
yang selalu dimulai dengan 'konon'.
mendengarkan kisah-kisah yang terlantun,
tentang negeri yang jauh di balik kabut,
yang selalu dimulai dengan 'konon'.
Di situ mereka menunggu waktu kembali bergulir.
*
Negeri itu tak pernah benar-benar terang,
pun tak pernah betul-betul gelap.
Waktu seperti terang-terangan berhenti,
pergi entah ke mana.
pun tak pernah betul-betul gelap.
Waktu seperti terang-terangan berhenti,
pergi entah ke mana.
Jarum-jarum jam yang terpatri di dinding pun sejak lama telah berhenti berdetak.
Angka-angka yang pernah menghiasi tepiannya pun telah hilang sama sekali.
Tinggal kekosongan di ujung jarum-jarumnya yang tersisa.
Seolah waktu betul-betul telah sirna dari ruang negeri itu.
Angka-angka yang pernah menghiasi tepiannya pun telah hilang sama sekali.
Tinggal kekosongan di ujung jarum-jarumnya yang tersisa.
Seolah waktu betul-betul telah sirna dari ruang negeri itu.
Tanpa waktu, apalah yang bisa menjadi jelas.
Tiada kenangan.
Tiada harapan.
Tinggal kisah-kisah bertabur 'konon'.
Tinggal kabut sarat bias fatamorgana.
Tinggal keremangan yang seperti abadi.
Tiada kenangan.
Tiada harapan.
Tinggal kisah-kisah bertabur 'konon'.
Tinggal kabut sarat bias fatamorgana.
Tinggal keremangan yang seperti abadi.
Jogjakarta, 13 Desember 2016