Di situ pernah ada sebatang pohon
Sebelum berdiri menara baja dan beton
Musim-musim adalah nafas Bumi
Tunas tumbuh
Daun gugur
Adalah kata-kata dalam puisi
Yang engkau baca pada sepi
Yang engkau dengar dari sunyi
Seperti ketika sendiri
Lalu hembus angin
Lalu ricik air
Lalu sulur-sulur cahaya
Menjadi jembatan
Yang dengan kesadaranmu
engkau tempuh
Jalan panjang bernama
kehidupan
Yang terbentang dari
masalalu menuju masadepan
Melewati ruang hampa
kebodohan dan ketidaktahuan
Menembus tabir demi tabir
materi yang engkau sebut kenyataan
Hingga terkuak lapis demi
lapis makna
Seperti pelangi rupa-rupa
warna
Yang dari balik gerimis
seolah nyata
Demi menghantarkan padamu
pengertian
Bahwa perjalanan ini
menuju kebenaran
Bahwa setiap langkah
adalah kesetiaan
Bahwa jiwa adalah
samudera kerinduan
(hening…)
Di situ pernah terbentang
padang ilalang
Sebelum digelar jalan
panjang peradaban
Helai demi helai sejarah
ditulis
Di atas tanah
Di atas batu
Di atas air yang mengalir
Pada pohon-pohon
kehidupan
Hingga gugur daun
terakhir
Tanpa sempat meninggalkan
kata
Kecuali sunyi
Kecuali sepi
Kecuali jeda yang
terselip di antara ramai di sela bising
Dan kita tak tahu mesti
bagaimana
Menerjemahkan tumpukan-tumpukan
kata-kata
Menjadi suatu bangunan
makna
Dan seperti dedaunan
gugur kita sapu dari jalanan
Demikianlah pepohonan
meranggas kita gilas dengan peradaban
Dan sunyi memenuhi ruang
sepi di hati
Dan kita menceburkan diri
ke dalam ramai
Dan kita memenuhi hidup
dengan materi
Demi mengubur resah
dalam-dalam
Di bawah tumpukan beban
kenyataan
(hening…)
Jogjakarta,
11 November 2016