Pages - Menu

"Siapakah Kamu?"

Pertama kali, Aku bertemu seorang tanpa nama, tanpa wajah, tanpa tubuh.
Bertanyalah Ia: "Siapakah Kamu?"
Aku menyadari, sejak saat itu,
bahwa Aku berada dalam kegelapan yang sunyi.

Siapakah Aku? Tanyaku pada diri sendiri.
Tetapi, siapakah yang bisa menjawab pertanyaan itu bila Aku sendiri tak tahu siapa Aku?
Maka keluarlah Aku dari ruang gelap dan sunyi diriku ke riuh dunia yang gemerlap.
Berharap menemukan cermin yang bisa menampakkan diriku dan menjawab pertanyaanku.

Kita, manusia-manusia yang tersesat dalam hiruk-pikuk dunia,
tak punya nama, tak punya wajah, tak tahu apa-apa tentang diri sendiri.
Lalu kita saling menggambari wajah satu sama lain,
menyebut nama satu sama lain,
mendefinisikan satu sama lain perihal masing-masing kita.
Kita masing-masing adalah cermin bagi yang lain.

Bukankah lebih mudah bertanya pada orang lain: "Siapakah Aku?", daripada bertanya pada diri sendiri?

Mungkin, karena itulah manusia menjadi mahuk sosial: untuk menemukan dirinya di mata dan kata manusia-manusia lain.

[15 April 2015]

Lalu seorang mengembara ke penjuru semesta,
menanyai setiap yang ditemuinya:
"Siapakah Aku?"
untuk menemukan Dirinya yang sejati.

Tetapi jawaban yang diperolehnya seringkali tak sama,
dan Ia tak pernah puas dengan semua jawaban-jawaban itu.
Maka mengembara Ia seumur hidupnya,
mencari dirinya yang sejati.

Seorang yang lain memilih berdiam diri di dalam ruang tergelap dirinya
mendengarkan sunyi...