Pages - Menu

We Are Dying, Therefore We Are Living

Ada yang belum sempat kukatakan. Tentang kematian yang sering membuatmu takut. Suka atau tidak suka, terima atau tidak terima, rela atau tidak rela, kematian akan menemukan kita suatu saat nanti. Setidaknya, belum ada fakta yang bisa membantahnya. Jadi, kenapa kita mesti takut?

Tetapi, kita melihat dari sisi ini; dari tempat yang kita namai kehidupan. Masalahnya, kita tidak bisa mengetahui segalanya. Sesuatu bisa saja ada, tak peduli kita tahu atau tidak. Jika kita bisa menerima hal itu, kenapa kita tidak bisa menerima kematian?

I like to think that "we are dying, therefore we're living."

Kehidupan hanya akan bermakna bila ia dihadapkan pada kematian. Bahkan --menurutku- keduanya adalah satu. Kematian hanya ada di kepala kita, suatu konsep yang diciptakan agar kita mampu memahami kehidupan. We define something so that we can catch it with our thought, because we just can't accept infinity as it is. Not with our tiny little brain.

Mungkin kita takut pada segala hal yang tidak bisa kita pahami dengan pikiran rasional, dan kematian adalah salah satunya. Tetapi sesungguhnya kita memiliki sesuatu yang bisa melampaui itu; melampaui pikiran rasional yang hanya mampu memahami dunia dalam ruang yang terbatas. It's called 'faith.' Bukan yang didasari oleh pengetahuan, melainkan oleh sesuatu yang jauh lebih samar. It's inside of everyone. Sesuatu yang tak bisa dijelaskan secara gamblang sebab ia terlalu luas, tak bisa digambarkan secara nyata sebab ia terlalu halus.

Suatu saat, ilmu pengetahuan mungkin akan mencapai batasnya, dan manusia akan menyadari kebodohannya.