Pages - Menu

Terima Kasih..

Malam ini sudah akan mencapai ujungnya. Sekarang pukul tiga dini hari. Dan aku masih terjaga, merenungkan jawaban atas sebuah pertanyaan dari seorang kawan. “Apa makna ‘terima kasih’ dan seberapa penting hal itu menurutmu?”

Sudah lebih dari tiga jam yang lalu pesan teks itu masuk, dan baru sekarang aku menemukan jawabanku. Kukatakan ‘jawabanku,’ karena memang jawaban tersebut adalah hasil perenunganku. Dan kamu sah-sah saja bila tidak sependapat dengannya. Kamu berhak punya jawaban sendiri.

[]

Kugenggam ponselku. Layarnya menyala menampilkan halaman kosong, hanya ada sebuah kursor berkedip-kedip. Dan aku hanya memandangi kekosongan itu dengan jempol menempel pada keypad namun beku tak bergerak.

Terima kasih.. apa maknanya? Pikiranku melayang entah ke mana. Menuju dunia kosong.

Dunia kosong.

Adakah makna di dalam kalimat pendek itu? Aku mulai mengisi dunia kosong itu dengan momen-momen ketika seseorang mengucapkan terima kasih pada orang lain. Apa yang sesungguhnya berada di dalam hati orang yang mengucapkan kata-kata itu pada orang lain? Apa yang ada dalam hati ketika aku mengucapkannya pada orang lain?

Jangan-jangan kalimat itu cuma sekedar ucapan kosong yang tak bermakna apa-apa buat kita. Kita menggunakannya pada saat-saat tertentu, pada orang-orang tertentu, hanya berdasarkan skema yang telah terbentuk selama hidup. Mungkin kita sudah melupakan makna sesungguhnya dari kalimat itu.

Terima kasih..

Dan dunia itu kembali kosong. Apa yang bisa kamu harapkan dari sebuah dunia yang kosong? Sebuah jawaban. Aku harap sebuah jawaban muncul. Aku akan berterima kasih bila jawaban itu muncul.

Dan begitulah aku menemukan jawaban.

[]

Mengucapkan ‘terima kasih’ pada orang lain, berarti kamu menyadari dan mengakui bahwa orang tersebut telah membagi keberadaannya denganmu. Suatu bentuk pengakuan bahwa sesuatu yang lain itu ada, dan bersamanya, kamu ada di dunia. Seperti mengatakan “awalnya kupikir ini duniaku, tetapi sekarang aku tahu kau ada di dalamnya.” Bila seseorang berterima kasih padaku, berarti aku nyata. Aku adalah apa yang kulakukan.

Kalau belum pernah ada yang mengucapkan ‘terima kasih’ padamu, berarti kamu belum ada di dunia. Kamu butuh pengakuan dari orang lain untuk mengetahui bahwa dirimu ada. Seandainya di dunia kamu sendirian, kamu tidak akan merasa ada. Kamu butuh saksi. Kamu butuh sesuatu yang lain sebagai ‘pengamat.' Terima kasih berarti: ya, kau ada di sini..

(Jogja, 21 Januari 2011. 03:58 WIB)


"Seandainya di dunia hanya ada seberkas titik, tanpa kehadiran sesuatu yang lain sebagai saksi, siapa yang tahu titik itu ada? Bahkan dirinya sendiri.."