aku mengunyah asap
semenjak keretap duka dan suramnya tepian pelana hiperbolis
mendekap didih kota yang lengket di rambut semak-semak sunyi
yang tersesat di ujung jemari
batang-batang kelamin yang terpahat di kuluman sembilu
padahal jerit bulan terbaca
dan hanyut lenguhmu bercampur aroma kemenyan
serukan erang berima nestapa kaum kuasa
dalam kelenjar masalalu tersiratlah gelisah
pedagang birahi sekolah megah
di mana karam angan kita membisikkan nama-nama paling abuh
tuk mengusik teduhnya matahari dari celah lidahmu
ketika turah lukamu bertaruh
di atas tubuh separuh celana sepertiga alur sejarah
yang diperah di atas wajah penuh tanah
dan tanya berserah nyawa
padam seketika
Maret 2025