melaju di atas mimpi-mimpi
para gelandangan tertidur lelap
di haribaan nasib gelap
tubuhnya menyatu dengan debu
dengan guguran daun-daun layu
jatuh dari tangkai sejarah rapuh
seperti sisa-sisa masa lampau
yang esok hari akan tersapu
kota adalah sabana sunyi
dalam himpitan kesibukan sehari-hari
kota adalah belantara sepi
dalam pesta pora ingar-bingar ramai
kota adalah wajah-wajah asing
yang saban hari kita saksikan
(namun tak lagi kita kenali)
di bingkai jendela ketika kita menyibak tirai pagi
di kamar mandi ketika kita sedang menggosok gigi
di dalam gelas-gelas kertas atau kaca berisi seduhan kopi
di kaca spion dalam perjalanan pulang dan pergi
di tangkapan layar ponsel yang sepanjang waktu kita hadapi
di dalam tatapan mata orang-orang yang selalalu kita temui
kota adalah padang perburuan mimpi-mimpi
yang tersegel dalam lembaran-lembaran kertas mantra sakti
yang tersembunyi di balik puncak-puncak gedung tinggi
yang tercecer di jejak roda-roda sepanjang jalanan macet
mimpi-mimpi yang akhirnya hilang
pudar dalam malam-malam panjang
ketika kita resah menantikan
tidur yang tak kunjung datang
di luar jendela kita saksikan
rembulan pucat merenung sendirian
memandangi wajah seorang gelandangan
yang pulas tertidur di kolong jembatan
siapakah yang sedang bermimpi?
\>|</
Yogyakarta, 21-22 Juni 2020