KISAH TENTANG TIGA DOMAIN

>> Diterjemahkan dari buku: "Tales of the Dervishes" oleh Idries Shah (1969: hal. 125-126) yang diterbitkan oleh E. P. Dutton & Co., Inc., New York <<


Kehidupan manusia, dan kehidupan komunitas, tidaklah sebagaimana yang terlihat. Ia, sesungguhnya, mengikuti sebuah pola yang kelihatan bagi sebahagian dan tersembunyi bagi yang lainnya. Ada lebih dari satu pola yang bekerja dalam satu waktu. Namun manusia mengambil satu bagian dari satu pola dan mencoba menggabungkannya dengan yang lain. Mereka pun selalu menemukan apa yang mereka harapkan, bukan apa yang sesungguhnya ada.


Anggaplah, misalnya, tiga hal: gandum di ladang, air di sungai, dan garam di tambang. Ini adalah keadaan manusia secara alamiah; ia adalah mahluk yang 'sudah selesai' (complete), sekaligus masih menyimpan kegunaan dan potensi lebih jauh. 


Masing-masing dari ketiga hal itu adalah perwakilan dari substansi dalam tahap potensialitasnya. Mereka dapat tetap sebagaimana adanya, atau situasi lingkungan (dan dalam kasus manusia, usaha) dapat mengubah mereka. 


Ini adalah kondisi Domain Pertama, atau keadaan manusia [biasa / secara alamiah] (state of man). 


Pada Domain Ke Dua, namun demikian, terdapat tahap di mana sesuatu dapat dilakukan lebih jauh. Gandum, dengan usaha dan pengetahuan, dikumpulkan dan digiling menjadi tepung. Air diambil dari sungai dan disimpan untuk dipergunakan lebih lanjut. Garam diekstrak dan dimurnikan. Ini adalah Domain dari aktivitas yang berbeda dari yang pertama, yang hanya bertumbuh. Di Domain ini, 'pengetahuan tersimpan' (stored knowledge) dipergunakan. 


Domain Ke Tiga dapat berlangsung hanya setelah ketiga bahan baku, dalam jumlah dan takaran perbandingan yang benar, telah dikumpulkan di suatu tempat tertentu, pada suatu waktu tertentu. Garam, air, dan tepung dicampur dan diremas menjadi adonan. Ketika ragi dibawa, sebuah elemen hidup ditambahkan; dan oven disiapkan untuk memanggang roti. Proses pembuatan ini sangat bergantung pada 'sentuhan' sebagaimana pula ia bergantung pada 'pengetahuan tersimpan.' 


Segalanya akan berlaku menurut situasinnya: dan situasinya itu adalah Domain di mana ia ditempatkan.


Bila tujuannya adalah roti, mengapa membicarakan pembuatan garam?


***


Kisah ini, berasal dari para Sufi Sarmoun, menggemakan ajaran Ghazali bahwa 'orang awam tak dapat mengerti apa yang dimengerti orang terpelajar. Sebagaimana pula, orang terpelajar tak punya konsep yang mencukupi untuk mengerti pengetahuan Orang Tercerahkan.' 


Kisah ini juga menggarisbawahi kepercayaan [para] darwis bahwa orang-orang relijius tradisionalis, ajaran metafisis atau filosofis selalu berkutat dalam upaya 'menggiling tepung' dan tak dapat maju lebih jauh, karena tiadanya kehadiran 'manusia terilhami' (men of insight), yang [memang] jarang adanya.