Pages - Menu

Sebelum Mengenalmu

Jauh sebelum aku mengenalmu
yang pertama kukenal adalah matamu.
Jernih seperti tetes embun di ujung daun
yang kemudian jatuh ke tengah telaga cermin
seolah mencoba berkisah tentang malam yang selalu hening
melalui bunyi "tik..." pelan yang hanya sekali
lalu menjelma gema sepanjang keabadian gelombang
dalam ruang hampa kesadaranku

Yang ke dua adalah senyumanmu.
Hangat seperti sinar mentari ketika pagi
merekah menyepuh cakrawala
menyentuh pucuk-pucuk cemara
melebur ke dalam dinginnya udara
mengungkap harapan dan mimpi-mimpi
meluluhkan kabut kelabu menjadi warna-warni
larut dalam kenyataan hidupku
yang lama hanya mengenal sendu

Dan ke tiga, rambutmu yang hitam seperti malam
ketika berjuta-juta bintang
berlari-lari di angkasa
kecuali satu yang selalu setia menunggu
jiwa kesepian yang terombang-ambing oleh gelombang
dalam perjalanannya menempuh samudera kehidupan

Kulepaskan satu demi satu topengku
di hadapan malam dan bintang-bintang
Biar kutunjukkan wajah rapuh jiwaku
kepada tetes embun yang berkilau
waktu sinar mentari pagi merekah di ujung langit
dan bait-bait puisi
adalah tetes-tetes embun yang kan kutampung
dalam wadah kaca benama kenangan

Jogja, 18 April 2018, 04.45