Pages - Menu

Maaf

Sungguh aku ingin
kata-kata ini menjadi hujan,
sekedar gerimis pun tak apa,
asalkan dapat membasuh cakrawala
dan membersihkan udara
dari kotoran-kotoran
yang menyesaki ruang
kehidupan di mana kita
berada bersama-sama.

Tetapi aku takut, seandainya
kata-kata ini menjadi
debu, polusi, dan sampah
yang malah semakin menodai
keindahan cakrawala indah itu,
meracuni udara, mengotori dunia.


Kuharapkan kata-kata ini
menjadi gelombang dengan buih lembutnya
yang dapat menghapus gurat-gurat tak patut
yang terlanjur kugoreskan
di permukaan pasir putih pantaimu
yang suci.

Namun aku takut
gelombang ini menjadi ombak
yang menghempas deras
dan malah mengikis habis pantaimu.


Andai engkau adalah cermin bagiku
dan aku adalah cermin bagimu,
aku selalu berharap bahwa di antara kita
hanya ada ruang jernih yang suci,
sehingga cahaya kebenaran
tak perlu menampakkan apa-apa
selain kebaikan dan keindahan,
dan kita
tiada perlu menyampaikan apa-apa
selain kejujuran,
bahkan meski
dalam kebisuan kita masing-masing.

Sebab aku takut
kata-kataku hanya akan menjadi kabut
yang memburamkan
dan debu
yang mengotori,
bahkan meski kata-kata itu
adalah permohonan maaf...


Aku yakin engkau selalu memaafkanku
meski aku tak meminta.

Tetapi aku pun menyadari bahwa
sungguh kesalahanku adalah kesalahan
yang sebenarnya pantas untuk tidak dimaafkan,
namun tetap saja
selalu kaumaafkan.

Maka tiada akan habis
aku memohon maaf darimu
sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya,
sedalam samudera yang menghimpun gelombang,
seluas langit yang menaburkan hujan,

hingga aku tak mampu mengatakannya...


8 Juli 2017
[edited, 11 Juli 2017]