image: http://jacksonkayak.com |
Eric Jackson, di http://ej.jacksonkayak.com/2014/11/the-evolution-of-the-river-running-and-creeking-kayak/, menulis artikel mengenai evolusi kayak arus deras. Kecuali kamu adalah penggiat kayaking arus deras, tulisan itu (dan tulisan ini juga) mungkin tidak akan cukup menarik untuk dibaca. Bahkan mungkin seandainya kamu pun adalah penggiat kayaking arus deras, belum tentu juga membaca adalah sesuatu yang cukup nikmat buatmu. Tetapi biarlah saya menulis tentang ini, sekedar untuk memaksa saya memahami tulisan EJ tersebut, dan siapa tahu juga mungkin bisa membuat saya menemukan hal-hal baru untuk dipelajari mengenai kayaking itu sendiri. Sekalian mengisi blog ini juga. :)
Konon, tulis Mr EJ…
[]
(bagian ini adalah terjemahan bebas saya terhadap bagian
pertama dari artikel yang ditulis EJ, artikel lama yang katanya ditulisnya pada
sekitaran tahun 2003 atau 2004)
Pada mulanya, tidak ada yang namanya kayak arus deras.
Semua kayak pada zaman dahulu dibuat untuk digunakan di laut
dan perairan lepas oleh orang-orang Eskimo. Perahu yang “tidak dapat tenggelam”
karena memungkinkan untuk di-roll (roll: teknik untuk membalikkan kembali kayak yang terbalik tanpa si pendayung keluar dari kayak) itu
telah ditemukan keberadaannya di Eropa, Amerika Utara, dan –saat ini—hampir di
mana saja.
Kemudian, seseorang –entah siapa—menemukan ide cemerlang
bahwa perahu tersebut ternyata dapat juga digunakan untuk mengarungi sungai berarus
deras. Pada masa itu, tentu saja kegunaan utamanya lebih sebagai transportasi
daripada sekedar rekreasi. Kayak yang aslinya digunakan di perairan lepas ini
pun kemudian menjadi banyak pula digunakan di perairan daratan (sungai) di
berbagai belahan dunia.
Evolusi pertama yang dialami kayak dalam prosesnya menjadi
kayak arus deras adalah hilangnya keel (semacam sirip pada bagian bawah kayak),
yang aslinya ada karena dirancang untuk mempertahankan lintasan lurusnya,
sehingga menjadi lebih mudah dibelokkan. Kemudian, kayak juga menjadi lebih
pendek, hal yang juga membuatnya lebih mudah untuk manuver (berbelok-belok) dan
mengarungi sungai.
Fenomena menarik lainnya yang kemudian muncul adalah saat
ini kayak lebih banyak digunakan untuk rekreasi. Rekreasi yang dimaksud di sini
adalah aktivitas yang “menyenangkan”. Balapan, misalnya, sesungguhnya juga
merupakan aktivitas yang dilakukan karena menyenangkan. Maka para kayaker slalom
dan downriver racer kemudian menjadi penggerak utama proses evolusi kayaking. Faktanya,
kejuaraan dunia slalom yang pertama diadakan pada 1949 (sementara kejuaraan
rodeo pertama baru pada 1991).
Kayak kemudian dibuat menjadi lebih pendek lagi (dibanding
bentuk asalnya) untuk digunakan dalam balapan slalom. Terdapat aturan mengenai panjang
minimum kayak untuk balapan, yaitu sekitar 4 meter, yang berlaku pada waktu
itu. Hampir semua kayak rekreasional yang ada waktu itu mirip dengan kayak
slalom, jika bukan memang adalah kayak slalom, dengan panjang sekitar 4 meter.
“Lalu dimana para playboater?” Bertanya demikian seperti
bertanya kepada para Mamut perihal keberadaan Gajah Afrika. Mereka belum ada
sama sekali. Hampir semua kayaker jago pada waktu itu adalah para kayaker
slalom. Merekalah kayaker terbaik. Jika ada gerakan yang kayaker slalom saja
tidak bisa melakukannya, berarti hal itu memang tidak bisa dilakukan.
Kemudian di akhir tahun 1970-an, para kayaker mulai berusaha
menggebrak batasan olahraga tersebut dengan mengarungi sungai-sungai yang lebih
sulit sehingga menimbulkan dorongan untuk berevolusi lebih jauh lagi. Mereka-mereka
ini kemudian menyadari bahwa dengan membuat kayak lebih pendek akan menjadikannya
lebih mudah dikendalikan ketika mengarungi sungai.
Evolusi berlagsung lagi. Para kayaker mulai merancang kayak
yang panjangnya di bawah standar kayak slalom. Terjadilah sesuatu yang luar
biasa. Mereka menyadari bahwa dengan kayak yang lebih pendek, bukan hanya
mereka dapat mengarungi sungai dengan lebih baik, tetapi juga bisa berselancar
di ombaknya, melakukan ender
(berada dalam posisi vertikal dengan tumpuan bagian depan ataupun belakang
kayak), bahkan dapat pula melakukan cartwheel (melakukan gerakan seperti baling-baling vertikal dengan kayak) dengan lebih mudah. Menyenangkan, sangat menyenangkan, super menyenangkan.
Pada 1984, seorang bernama Jan Kelner dari Augsburg Jerman
menghampiri saya (Saya = Erik Jackson) di Jerman dan membicarakan mengenai
playboating. Ia berkata pernah mendengar selentingan tentang itu dan mengetahui
bahwa saya sebenarnya adalah lebih merupakan seorang playboater dibanding kayaker
slalom. Saya pun meminjam kayaknya lalu melakukan ender, pirouette (ender yang ditambahi gerakan berputar 180 - 360 derajat sambil mempertahankan posisi vertikal), hand
surfing, dan lain-lain di sebuah hole (arus sungai yang bersirkulasi di tempat). Ia terlihat sangat kagum dan memutuskan
bahwa kayaking seperti inilah yang diinginkannya. 13 tahun kemudian ia berdiri
sebagai pemenang dalam kejuaraan rodeo pertama di Inggris.
Pada akhir 1980-an, istilah playboat pun menjadi populer.
Tentu saja, slalom waktu itu masih dominan, sementara rodeo masih merupakan
sesuatu untuk masa datang. Meski begitu, mereka yang merancang kayak dan
berpikir bahwa sisi menyenangkan dari kayaking dapat ditingkatkan dengan
membuat kayak yang lebih mudah dimainkan dan lebih mudah digunakan untuk mengarungi
sungai, dibanding menciptakan kayak yang sekedar dapat meluncur cepat di
lintasan slalom, memiliki kekuatan tersendiri. Sebagian besar evolusi
playboating terjadi dalam satu dekade saja (1990-an).
Pada 1990-an, kebanyakan kayak yang ada sudah memiliki
panjang yang berkurang separuh dari panjang aslinya. Dengan semakin pendek,
tentunya, kayak dapat mengarungi sungai lebih baik dan dapat dimainkan dengan
lebih baik pula. Rodeo kayaking mengambil alih popularitas slalom kayaking di
sungai-sungi di Amerika Utara pada 1995, dan di Eropa pada 1997.
Pada 1998, X (mungkin tipe atau merek kayak tertentu-- entah) memasuki pasar. Perahu ini merupakan puncak
dari evolusi river running dan playboating. X dan Z mewakili langkah terakhir
dalam kurun 80 tahun evolusi kayak arus deras yang meningkatkan kualitas river
running dan playboating kayak. Generasi kayak selanjutnya lebih banyak merupakan
“permekaran” atau “percabangan” dari proses evolusi ini. Kayak-kayak yang ada
biasanya merupakan playboat yang baik, namun bukan river runner yang baik, atau
sebaliknya. Kayak kemudian menjadi lebih terspesialisasi.
Mayoritas kayaker yang ada waktu itu memiliki kecenderungan untuk meningkatkan
keahlian playboating mereka, sehingga jenis perahu yang “slicey” (mudah digunakan untuk "mengiris" permukaan air sehingga ujung depat atau belakangnya dapat masuk ke dalam air) ini kemudian menjadi
yang paling populer di anatara yang lain. Orang-orang rela kehilangan kemampuan
river running sebuah kayak demi memperoleh kemampuan playing yang lebih baik.
Kayak jenis ini (playboat) masih merupakan yang paling populer hingga saat ini.
Namun demikian, kayak jenis baru membawa elemen river
running kembali ke dalam playboat. Kita menyebutnya “bobby” boat, karena
ketiadaan istilah yang lebih baik. Suatu kayak yang pendek dan gemuk yang
merupakan pilihan terbaik untuk –apakah itu—mengarungi sungai tanpa terbolak-balik
maupun bermain di suatu playspot.
[]
(selanjutnya, merupakan rangkuman saya terhadap artikel bagian kedua EJ yang merupakan usahanya menggambarkan evolusi kayak arus deras pasca 2003 hingga 2014)
Bahwa setiap langkah dalam perjalanan evolusi kayak terjadi karena
dorongan untuk meningkatkan “fun factor” dari kayaking, simpul EJ. Dari
moda transportasi orang-orang Eskimo untuk berburu di perairan lepas, dibawa ke
moda transportasi mengarungi sungai berarus deras, lalu berevolusi menjadi
kayak untuk perlombaan slalom dari sejak 1940-an akhir hingga 1970-an, kemudian
bergeser ke arah playboating (rodeo) dan river running sejak 1970-an sampai mencapai
puncaknya pada akhir era 1990-an hingga 2000-an awal. Untuk apapun itu, menurut EJ, baik slalom, playboating, maupun river running, elemen “fun”
merupakan faktor pertimbangan utama yang menggerakkan evolusi kayak.
Bila kebanyakan kayak pada mulanya memang dirancang untuk bisa
meluncur cepat dalam lintasan yang relatif lurus, perkembangannya kemudian
membawa kayak ke arah manuverabilitas (untuk river running maupun playboating) yang
membuat bentuknya menjadi lebih pendek dengan bagian bawah (hull) yang relatif
lebih mulus bahkan cenderung agak rata (dibandingkan bentuk asal kayak).
Kemudian, berdasarkan apa yang diutarakan oleh EJ,
sejak 2003 atau 2004 hingga 2014, kayak yang paling populer di AS adalah kayak untuk
bermain (apakah river running playboat
atau full playboat). Namun,
lanjutnya, sejak 2014, terlihat ada kecenderungan pada para kayaker di AS untuk
memiliki dan memainkan kayak yang lebih panjang lagi. Cukup banyak dari mereka
yang kembali menggunakan kayak model lama yang bentuknya panjang (creek boat maupun long boat) untuk memperoleh kemampuan meluncur lebih cepat di
sungai (hal yang tidak dapat diperoleh dengan kayak tipe play). Hal kemudian ini
juga dipengaruhi oleh diselenggarakannya Green River Race secara tahunan, di
mana para kayaker berlomba di jeram-jeram kelas IV – V di sungai Green menggunakan
kayak panjang (long boat). Saat ini, beberapa produsen kayak pun mulai
mempoduksi kayak panjang semacam itu (misalnya Green Boat dari Dagger, Stinger
dari Liquid Logic, dan Karma Unlimited dari Jackson).
“What was old, became
new again. It was an underground type
of movement that just happened and it became cool to have a boat that nobody
wanted any more,” tulis EJ melihat adanya kecenderungan trend menggunakan
kayak panjang tersebut. Kecenderungan ini pun mulai terlihat pula pada desain
creek boat yang menjadi lebih panjang daripada biasanya dulu, yang mencerminkan
keinginan para kayaker untuk dapat meluncur dengan kecepatan lagi. Ini, menurut
EJ, merupakan langkah evolusi lanjutan dari bentuk kayak di mana elemen
kecepatan kembali dimasukkan ke dalam rancangan bentuk kayak dengan tetap
meningkatkan kemudahannya (secara relatif) untuk cukup mampu bermanuver keluar
dari arus utama sungai ketika diperlukan.
Semetra itu, pada sisi playboat, evolusi juga terus
berlangsung sejak 2004 hingga kini. Playboat dirancang untuk lebih baik dalam
melakukan big loop*, lebih mudah untuk mencapai kecepatan yang diperlukan dalam
berselancar di ombak, dan juga lebih mudah untuk melakukan berbagai trik. Meskipun
tidak seradikal evolusi sebelumnya, di mana panjang kayak semakin menyusut
drastis, namun jejak-jejak evolusi tersebut dapat terlihat pada komposisi
material dan rancangan pembuatannya. Playboat untuk kompetisi kemudian dibuat
dengan mengurangi bobotnya sembari membuatnya lebih kaku untuk semakin meningkatkan
responsivitas.
[]
Dalam usahanya untuk mengemas tulisannya dalam sebuah
kesimpulan, Eric Jackson menulis:
“So- wrapping this all
up, besides hoping to help give a better perspective on where we were, where we
are, and where we might go, I’ll leave you with the concept that [it] is important to not consider what you
know to be fact, as what you know is based on a snapshot in time, most likely,
and without the entire picture, that snapshot isn’t accurate.”
Secara pribadi, saya suka sekali dengan pandangan tersebut.
Bukan hanya dalam hal sejarah ataupun berbagai pengetahuan tentang kayak, namun
“adalah sesuatu yang penting untuk menyadari bahwa apa yang engkau ketahui sebaiknya
tidak engkau anggap sebagai fakta, karena apa yang engkau ketahui adalah
sesuatu yang berdasar pada penggalan-penggalan momen tertentu dalam waktu, yang
sangat mungkin, terutama bila tanpa keutuhan gambaran, untuk menjadi pengetahuan
yang tidak akurat” sepertinya merupakan prinsip umum dalam setiap usaha kita
dalam membangun pengetahuan dan kebijaksanaan dalam mengetahui sesuatu—apapun itu.
“I prefer to think
with an open mind, and think of your kayaking as your own invention, with your
own set of rules,” lanjutnya. Dan bila mengingat-ingat kembali perjalanan
yang pernah saya lalui untuk belajar kayaking, kutipan tersebut sepertinya
sangat familiar.
Jogjakarta, 12 Oktober 2016
-----------------------------