Pages - Menu

Lamunan di Atas Lautan

Apakah yang dirasakan oleh nelayan di atas perahu cadik bertiang layar yang tengah meluncur menuju batas cakrawala dalam temaram cahaya senjakala itu?

Betapa lautan sesungguhnya adalah padang gelombang yang begitu mudahnya membuat apa saja yang mengambang di permukaannya terbuai hingga tanpa sadar telah tenggelam jauh ke dalam dunia lamunan, dunia khayal, dunia angan-angan...

Seperti pandang mataku.

Seperti perahu cadik bertiang layar yang tengah meluncur menuju batas cakrawala dalam temaram cahaya senjakala itu.

Tetapi nelayan itu sepertinya selalu tahu harus ke mana mengarahkan haluan perahunya.

Sedang aku selalu hanya bertanya dalam hati: ke mana?

Sebab perahu cadik bertiang layar itu akan segera menghilang, entah ditelan cakrawala, atau dilahap gelap malam yang sebentar lagi tiba.

Sementara itu, ia hanya akan menjelma siluet hitam di batas cakrawala, di batas antara gelap dan terang yang masih saja remang.



Betapa lautan sesungguhnya adalah padang gelombang yang begitu mudahnya membuat apa saja yang mengambang di permukaannya terombang-ambing.

Aku merasa seperti perahu cadik bertiang layar itu, namun tanpa nelayan di atasnya.
Tak tahu mesti ke mana.
Yang kutahu hanya bagaimana rasanya terombang-ambing oleh gelombang.



Senja menjadi seribu kali lebih rawan di tengah lautan gelombang.
Riak permukaan laut memantulkan senja dalam ribuan kepingan yang begitu menawan bagi perasaan.
Rona-rona langit yang semakin merah ketika matahari akhirnya terbenam ke balik horison
menjadi latar segala yang hanya tinggal siluet hitam.

Duhai hati yang dilanda kerinduan
dan berjuta rasa tanpa nama
tentang dia
Bersabarlah
Malam akan melahap segalanya dalam gelap
yang sunyi


10 Mei
perairan Mal* Tenggara