Pages - Menu

Ziarah

Mengenang Almarhum Mas Budhil (Moh. Sriyuwono Budi) dan Mas Gatot (Gatot Waskito) yang hilang dalam pengarungan sungai Progo pada 6 Februari 1982.


Aku tak pernah mengenal kalian selain dari cerita-cerita masa lalu. Tentang semangat dan keberanian, tentang mimpi dan cita-cita, tentang kebodohan.

Ya, kebodohan.

Aku mengagumi orang-orang bodoh yang memiliki semangat dan keberanian untuk bermimpi dan meraih cita-cita, sebab ia akan selalu belajar.

[]

Palapsi akhirnya sampai ke New Zealand. Sebuah mimpi turun-temurun yang akhirnya terwujud. Jika kalian bisa mendengarku, aku mengucapkan terima kasih atas semangat yang telah kalian titipkan di Palapsi. Tanpa itu kami tak akan sampai ke mana-mana.

Aku ingat pertama kali mengunjungi monumen di mana nama kalian terukir itu. Di atas bukit, di bawah pohon cemara, di tepi kali Progo. Kisah diceritakan, doa dipanjatkan, hymne Palapsi dinyanyikan. Bunga ditaburkan di atas sajak itu, dan aku merinding membacanya.

Tak ada yang membaca sajak itu dan tidak memandang hidupnya secara utuh. Bahwa manusia adalah bagian dari alam, bagaian kecil dari semesta.

[]

Pertama kali aku merasa ciut melihat jeram adalah di sungai Progo. Di tepi jeram yang namanya diambil dari salah satu dari nama kalian. Itu tahun 2010, pertama kali aku melihat Progo banjir. Meski tak ikut mengarunginya, aku merasakan ketakutan di dalam diriku.

Air sungai cokelat pekat. Ombak-ombaknya seperti menelan lalu memuntahkan perahu yang ditumpangi teman-teman itu. Jangankan di hadapan semesta, di tepi sungai ini saja aku sudah menciut jadi kerikil.

Lalu akhir 2011 aku mulai belajar bermain kayak dan jadi semakin sering bertemu sungai. Setiap kali turun di Progo Bawah, aku selalu mengingat cerita tentang kalian. Aku berdoa semoga kejadian semacam itu tak perlu terjadi lagi. Cukup dengan mengingat kalian, semoga kami cukup bodoh untuk mau belajar.

[]

Saat ini. Di sini. Palapsi sudah mengarungi sungai sampai ke New Zealand, dan itu bermula dari Progo. Kupikir, Palapsi besar dari air sungai Progo. Air Progo mengalir dan menggenangi Lembah UGM tempat pendayung-pendayung Palapsi lahir. Air Progo mengalir sepanjang Selokan Mataram tempat pendayung-pendayung Palapsi belajar. Sungai Progo menyimpan jasad kalian dan mengalirkan semangat ekspedisi Palapsi dari generasi ke generasi. Semoga kisah itu terus mengalir.


Pagi, 7 Februari 2015