Pages - Menu

yang Terasa

Buat sebuah puisi untukku
Sebait dua bait
                        tak apa..
Biar kutulis dalam ingatan saja
Dengan bisik anginmu menjadi pena
Dan denyut rasaku sebagai tinta
Di pelepah-pelepah hati yang telah mengering, lama

Jika kau tahu, bahwa puisi adalah makna
‘kan kau temukan di setiap bercak-bercak darah,
Gurat-gurat luka, titik-titik air mata,
Tubuh yang tak lagi berdaya;
Jiwa yang menjeritkan sajak-sajaknya
Pada telinga tuli milik sang buta

Sebab,
Puisi bukan getar yang terdengar
Puisi
         adalah
             yang terasa…

Tanyakan


Suatu pagi, ketika mentari bersinar buram di langit merah
Serpihan bumi jatuh dari langit yang tak lagi biru
Di jalan-jalan beraspal, di dedaun pohon-pohon, di atap rumah-rumah
Di kota yang tak lagi sama seperti dulu

Terbangun dari tidur gelisah, dan mimpi tentang kenyataan
Dengan mata sayu, seperti sorot lampu sepeda motor yang coba menembus debu
Menatap dunia dan memendam tanya
Di hati yang bergayut lemah pada ketenangan, terhempas badai kekhawatiran

Kepada debu yang menumpuk di kaca depan
tanyakan dosa dan salah yang pernah kau perbuat
dan luka yang telah kau goreskan

Kepada tetes air hujan yang jatuh membasuh
tanyakan arti tanggung jawab
atas apa yang pernah terbuat di atas tangan-tanganmu

Kepada daun-daun kusam yang tertiup angin
tanyakan tentang arti pendirian
dalam hidup yang penuh badai dan cobaan

Kepada langit
tempat matahari, bulan, dan bintang-bintang
Yang kini muram sepanjang hari sejak pagi terbit hingga sore terbenam
dan malam berlalu dalam gemuruh suram
tanyakan tentang harapan
yang membuatmu rela menjalani hidup

Kepada bumi
tempat kaki berpijak menapak jejak perjalanan
tanyakan tentang rumah
tempat asal bermula
tempat tujuan berakhir

Yogyakarta, 06.11.2010
05:28 am