Pages - Menu

Rea

Rea meneriaki bulan, menangis, berlutut, bersimpuh
Sunyi pecah berhamburan di bawah tebing, antara mimpi dan nyata dunia
Di antara rumah-rumah tanpa dinding, tanpa atap, tanpa tiang
Dedaun berserakan membusuk menanah
Pucuk sepohon disirami sinar perak
Di bawahnya terbentang bebayang
Sepasang mata bening menusuk rerumputan dengan tatap tajam
Berselimut dingin malam
Diterangi bayang-bayang
Dia menangis meratapi harapannya yang mati meninggalkan sesal

Langit

Aku rindu langit biru,
awan putih, dan lukisan wajah sang kekasih.

Tersenyum di atas padang hijau, di negeri yang jauh tertinggal.
Jejak-jejak rapuh menapak debu.
Angin menyapu bersih, gundah dan resah
pun melayang dalam riang.

Merah.
Merah tepian langit abu-abu.
Pigura kusam legam oleh zaman.

Di mana-mana debu.
Cerah hari hanya kelabu.

Bintang bersemayam,
muram di balik pusara-pusara maya,
kunang-kunang tak bernyawa.


Hujan

Hujan.
Petir.
Meringkuk 'Ku di balik pintu
takut, menunggu yang telah datang mengetuk
jiwa ingin bebas
koyak hati menebas
"kalau teriak, kutikam kau jantung!"
'Ku tercekat menangis sunyi
bayangku pucat ditelan kabut
Hujan...
Di mana kau kupu?