Pages - Menu

Yang Tak Pernah (Berani) Kau Lakukan

Apa hal yang paling ingin kau lakukan tetapi tidak bisa kau lakukan di dunia nyata? Apa yang –setiap kali kau terbaring sendiri di kamarmu, selalu terbayang di benakmu kau melakukannya, tetapi ketika kau kembali ke dunia nyata, kau tidak berdaya untuk melakukannya? Apa impian yang begitu ingin kau wujudkan, tetapi ketika kau terbangun di dunia nyata kau anggap sebagai sesuatu yang bodoh dan tidak pantas?

Jika sebagian besar kalian yang membaca tulisan ini menjawab: “tidak ada,” maka harus kuakui bahwa aku menderita sejenis kelainan jiwa yang mungkin membuatku pantas disebut ‘tidak normal’, atau ‘abnormal’, atau ‘gila.’ Bila memang demikian, aku tidak akan menyangkal sedikit pun.

Aku sudah lama merenungkan hal ini. Dulu, aku sering berpikir bahwa –melihat berbagai keanehan diriku—aku menderita ‘sejenis kelainan jiwa tertentu’, atau dalam bahasa sehari-hari: ‘gila.’ Tetapi ada bagian lain dari pemikiranku yang menyanggah pendapat itu. Bagian ini, menyuruhku untuk tidak pernah lagi berpikir seperti itu mengenai diriku. Bagian ini, mengatakan bahwa aku hanya salah satu dari sedikit orang di dunia ini yang ‘agak aneh’, tetapi hal itu bukan berarti aku gila. Dan bagian pikiran ini, menjadi lebih sering mengambil alih penilaian terhadap diriku sendiri untuk memastikan bahwa aku tidak akan pernah lagi menanggap diriku ‘gila.’

Tetapi selalu ada saat ketika bagian pikiran ini tidak cukup mampu mengendalikan sepenuhnya pemikiran yang dulu pernah ada. Dan saat-saat seperti itu selalu membuatku tertekan. Kadang marah tanpa alasan yang jelas, kadang tenggelam dalam kesedihan tanpa sebab yang pasti, dan setiap saat ketika pergumulan batin itu terjadi, aku selalu mencari tempat untuk menyendiri. Bayangkan kau menyaksikan kedua orang tuamu sedang bertengkar, dan kau bersembunyi di kolong tempat tidur, mendengarkan setiap kata yang terontar dari mulut keduanya yang diteriakan pada yang lain, dan kata-kata itu –tiap kata—terdengar berulang-ulang di kepalamu. Kau tak tahu kapan itu akan berakhir. Yang bisa kau lakukan hanya menangis, hingga tanpa sadar kau tertidur. Lalu suatu saat kau terbangun, seolah terbangun dari mimpi. Mungkin seperti itulah gambarannya. (Harus kuakui, terkadang aku berlebihan dalam menggambarkan sesuatu).

Saat ini, aku menyadari, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Sesuatu seperti kabut yang membuatmu tak bisa berpikir jelas, dan tidak bisa mengingat setiap hal. Dan itu, membuatmu selalu bertanya-tanya tentang dirimu sendiri.

Jadi biar kutanyakan lagi pada kalian: apa hal paling ‘gila’ yang pernah kau bayangkan akan kau lakukan, tetapi ‘dunia nyata yang normal’ tidak pernah mengizinkannya?

Aku. Aku ingin menemui seseorang dan mengajaknya bicara berdua. Akan kukatakan bahwa aku telah jatuh cinta padanya, dengan senyum lega dan tanpa mangharapkan balasan. Ya. Sebab itu adalah pernyataan cinta, bukan pertanyaan. Tak perlu dia menjawab. Dan setelah kunyatakan perasaanku padanya, aku akan berterima kasih. Sebab dia telah membuat beberapa bagian hidupku terasa indah dan menyenangkan.

Aku. Aku ingin berhenti sekolah. Aku ingin –suatu hari ketika sedang belajar di kelas—berdiri dan meninggalkan bangku tempat biasanya aku duduk menyimak guru menerangkan pelajaran yang tidak sedikitpun berkesan di hatiku, berlari meninggalkan ruangan tempat di mana selama beratahun-tahun yang telah berlalu aku mengurung diri dalam kegelapan sementara berharap melihat dunia luas. Lalu akan kukejar impianku untuk melihat dunia. Akan kukunjungi setiap negara di dunia, setiap pulau di samudera, setiap dataran benua, setiap sudut di lautan, setiap tempat yang bisa kucapai. Akan kusaksikan matahari yang sama terbit dari tempat yang berbeda setiap hari, dan terbenam di tempat yang berbeda. Puncak gunung, tepi danau, padang rumput, pantai, pulau terpencil, kapal di tengah samudera, hutan, puncak gedung, padang tandus, gurun, kota, mobil yang sedang melaju di jalanan, pesawat, kereta, jendela apartemen, halaman belakang sebuah rumah. Di manap pun. Dan aku, akan mati dengan tenang. Tenang, karena telah melakukan apa yang selama ini kuimpikan, atau karena telah menjalani jalan yang kuinginkan, meski seandainya aku tak pernah sampai di tujuan.

Masih banyak hal yang ingin kulakukan, tetapi belum pernah bisa kulakukan. Kau?