semakin dalam ia terkubur,
harapan yang tertimbun
justru kian menggelembung.
kalau tak selalu waspada
bisa menyeruak seketika
dari balik daun-daun kering
yang memang sengaja kubiarkan menumpuk
di halaman belakang angan-anganku.
mungkin memang hanya itu
yang seumur hidup dapat kulakukan.
sambil menyaksikan waktu menggilir musim,
melihat zaman menggelar peradaban,
kujaga makam setangkai harapan
jangan sampai menyembul di permukaan,
apalagi menjalar di kaki langit
dari balik sepi dan kegelapan malam,
menggapai gemintang dan rembulan.
bila hidup memang harus mengemban peran,
biarlah aku menjadi kelam
yang terjaga ketika engkau terpejam;
menjadi apa saja
yang tak perlu hadir di dalam mimpimu.
bila hidup adalah sebuah kitab
biarlah aku menjadi halaman kosong
yang tak perlu kau buka
apalagi menuntut dibaca,
meski tak dapat mengelak untuk ada.
bila hidup memang harus diceritakan,
biarlah aku menjelma tanda
yang tak perlu menjadi suara,
yang berbunyi hanya sebagai sunyi,
yang tak perlu dimengerti
untuk dapat sekadar berarti.
bila hidup adalah kisah tentang pertemuan,
biarlah aku menjadi jarak
yang hanya akan bermakna
justru ketika ia telah tiada.
namun bila ternyata
hidup adalah tentang perpisahan,
biarlah aku menjadi kematian
yang menjelang di liang sepi,
dan tak perlu lagi kau tangisi.
~ Yogyakarta, 19 Juli 2021