Yang Lebih Tabah dari Hujan Bulan Juni



Tak ada yang lebih tabah
daripada burung garuda
direlakannya batang leher itu
tercekik belit rantai yang menjuntai
menahan beban perisai bertatah nilai-nilai
yang selalu dikhianati bangsanya sendiri

Tak ada yang lebih tabah
daripada burung garuda
direlakannya sayap-sayap itu
terpaku beku di dinding-dinding bisu
di dalam gelap gedung istana yang tertutup
ketika para pengemban amanatnya
sibuk merancang rencana-rencana
untuk melucuti harkat dan martabatnya
mengobral harga diri bangsanya sendiri

Tak ada yang lebih tabah
daripada burung garuda
tak dilepasnya pita semboyan itu
dari kukuh genggaman cakarnya
meski linang airmata dan genang darah
dalam badai caci maki dan prasangka buta
dalam kobaran api perang kebohongan
dan kepulan asap pekat ujaran kebencian
telah menodai dan menutupi makna
selarik sajak indah yang tertulis di pita itu

Tak ada yang lebih tabah
daripada burung garuda
direlakannya hari-hari biru
dan Hujan Bulan Juni datang dan berlalu
di luar jendela istana negeri itu
sementara dirinya terkurung
dalam sangkar pemahaman sempit
dalam simbolisasi megah tanpa arti
dalam janji-janji palsu dan omong kosong
yang diobral bersama busa air ludah
dalam pidato-pidato panjang para politisi
pada setiap perayaan pesta di pasar demokrasi
lantas dilupakan begitu saja, seperti kencing
dan berak yang menggenang di selokan
dan bangkai busuk yang mengambang
di lobang-lobang bekas galian tambang

Hujan Bulan Juni boleh datang dan pergi
namun garuda, mungkinkah selamanya
tak boleh memilih nasibnya sendiri?

~Yogyakarta, 1 Juni 2020