Pada Waktu Menghayati Nasib


kehidupan adalah perjalanan
menghayati gerak dan perubahan
di sepanjang garis lurus yang melengkung
mengitari titik tunggal hakikat kesejatian

rotasi, revolusi, dan evolusi
siklus daur hari demi hari
kesalahan-kesalahan yang terus terulang
sampai kita mampu memetik pelajaran

namun kita terjebak dalam gerakan
tanpa sempat menemukan perubahan
dan kita tenggelam dalam kesalahan
tanpa pernah menuai pelajaran

waktu adalah keabadian
yang kita jerat dalam lingkaran
semesta adalah ketakterbatasan
yang kita kurung dalam kesalahpahaman

dan kita tak sadar menjerat diri sendiri
dalam perlombaan mengejar waktu
dan kita tak sadar mengurung diri sendiri
dalam ruang sempit definisi segala sesuatu

***

dan kita berjalan
di sepanjang tepian
antara pertemuan
dan perpisahan
antara kehidupan
dan kematian

dan kita berjalan
sendirian

***

dan kita menanti
di dalam lingkaran
antara kepalsuan
dan kesejatian 
antara kefanaan
dan keabadian

dan kita menanti
sendirian

***

dan kita menghayati nasib
dalam kesunyian masing-masing

Yogyakarta, 30 Juni 2020

Sebuah interpretasi atas ilustrasi dari https://twitter.com/alfinrizalisme

Catatan: bait terakhir ditulis sembari teringat sebuah larik puisi 'Pemberian Tahu' oleh Chairil Anwar