Pages - Menu

sepanjang tepian sunyi

sepanjang tepian sunyi
kita menyeret langkah

(resah...)

desah ombak berbuih-buih mengulum desir pasir; waktu yang mengendap di tepi samudera dalam jiwa yang bergolak dilanda badai gumpalan-gumpalan kenangan; awan gelap menutupi harapan akan masa depan cerah yang selalu kita simpan di batas cakrawala; langit cerah, matahari senja, kilau-kemilau lautan teduh, dan suara pekik camar menyambar ikan buruan di ujung penantian yang selalu dijaga dengan penuh kesabaran di pucuk tiang layar sebuah kapal nelayan yang sedang sibuk menarik jalanya dengan segenap harapan akan tangkapan

sepanjang tepian sunyi
kita menyeret langkah

(amarah...)

alir waktu mengikis tangis sampai habis air mata di dunia yang tinggal menyisakan amarah berdarah yang menciprati setiap wajah dan menodai dinding-dinding istana cinta yang kini sepi tanpa penghuni sebab telah kita bunuh semua kemungkinan untuk menumbuhkan benih-benih kasih sayang dengan racun yang kita campurkan dalam kata-kata dan api yang kita kobarkan di ujung anak panah Cupid

sepanjang tepian sunyi
kita menyeret langkah

(gelisah...)

bangkai-bangkai peradaban menguap meruapkan bau anyir kata-kata yang terkubur di bawah tanah merah tanpa prasasti dan batu nisan sebab tiada lagi puisi yang sudi menghuni sepi dan tiada pula makna yang rela dirinya terluka oleh prasangka dan keangkuhan manusia yang mengira kebenaran adalah barang mainan yang dapat diperebutkan atau dipertentangkan; yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh kedamaian dengan dalih perdamaian

sepanjang tepian sunyi
kita menyeret langkah

(pasrah...)

tanpa pernah tahu
ke mana sunyi bermuara
seperti kita tak pula tahu
dari mana ia bermula

Jogja, 23-24 April 2018