Mengapa ada kupu-kupu di dalam kepalaku?
Seperti sepasang tanya berhadap-hadapan dengan dirinya sendiri
Coba menyusun kembali serpihan kerangka makna yang berserakan di hamparan sepi antara dua keabadian
Mereka-reka sepatah kata, sebersit bunyi, sebentuk isyarat, yang tak perlu bertengkar dengan sunyi untuk mengada
Kupu-kupu melayang-layang di sudut gelap sebuah ruang hampa tanpa jendela
Timbul tenggelam dalam bercak bayang-bayang di dinding ingatan yang enggan pupus meski terus tergerus putaran waktu
Seperti jejak-jejak langkah di pasir yang tak bisa hilang meski terhempas deburan ombak
Meski seandainya pantai itu tenggelam bersama pulaunya sekalian
Bahkan meski pun seluruh bumi tenggelam dalam airmatanya sendiri
Dan seluruh jagad raya berkabung dalam kehancurannya sendiri
Dan kita tak pernah ada
Namun jejak itu selalu ada
Sejak semula
Selamanya
Kita hanya sebutir pasir
Jogja, 7 Februari 2019